RADAR MAGELANG – Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Bantul telah melakukan perbaikan jembatan sepanjang 2023. Namun hanya mampu memangani enam jembatan karena minimnya anggaran.
Kepala DPUPKP Kabupaten Bantul, Aris Suharyanta mengatakan, proses pemeliharaan jembatan rusak dilakukan berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan masing-masing wilayah. Untuk tahun ini, enam jembatan yang diperbaiki itu tersebar di sejumlah kapanewon dengan total anggaran mencapai kurang lebih Rp 11,5 miliar.
“Semua dari APBD 2023, untuk anggaran perubahan kami tidak memungkinkan lagi untuk menambah pemeliharaan jembatan yang rusak lantaran keterbatasan dana,” kata Aris kemarin (4/9).
Dia sendiri belum merinci berapa jembatan lagi di Kabupaten Bantul yang membutuhkan dana pemeliharaan. Hanya saja, dia memastikan proses perbaikan jembatan yang rusak sudah dicermati. “Sehingga yang mendesak dan perlu untuk segera diperbaiki akan dilakukan pengerjaannya,” tambahnya.
Adapun enam jembatan yang mendapat proses pemeliharaan di tahun ini yakni Jembatan Dagaran Palbapang Nglebak-Kauman dengan anggaran Rp 493,3 juta. Jembatan Pandes II-Glagah Kidul yang menelan dana Rp 899,9 juta, lalu Jembatan Dogongan dengan anggaran Rp 5 miliar. “Tiga lainnya ada Jembatan Giriloyo sebesar Rp 2 miliar, Jembatan Jomegatan Rp 510, 9 juta dan Jembatan Sanggrahan dengan dana Rp 2,6 miliar,” beber Aris.
Salah satu jembatan yang juga mendesak untuk diperbaiki adalah Jembatan Pucung Growong yang berada di Kalurahan Karangtengah, Imogiri. Jembatan itu rusak sejak awal tahun ini. Jembatan tersebut merupakan fasilitas publik yang cukup penting bagi warga sekitar dan belum kunjung diperbaiki oleh instansi terkait.
Lurah Karangtengah Haryanto menjelaskan, jembatan itu rusak akibat tergerus aliran air yang deras pada musim hujan Januari 2023 lalu. Bagian penghubung jembatan dengan jalan terputus selebar kurang lebih satu meter. “Akibatnya kendaraan roda empat tidak bisa melalui jalan itu sejak lebih dari setengah tahun terakhir,” ujarnya.
Jembatan tersebut menjadi penghubung antara wilayah Karangtengah, Sriharjo, Selopamioro dan Gunungkidul. Perannya sangat vital bagi warga. “Dampaknya menjadi sangat terhambat untuk beraktivitas, karena pengendara harus menempuh jalur melingkar, apalagi roda empat,” jelasnya.
Sebagai alternatif, Pemerintah Kalurahan Karangtengah sudah membangun jembatan dari bambu di sebelahnya. Jalur itu kini kerap dimanfaatkan oleh pengendara roda dua untuk beraktivitas.
Haryanto berharap agar jembatan utama segera diperbaiki agar aktivitas warga untuk pendidikan, ekonomi, dan sosial bisa lebih lancar ketika melewati area itu. “Harapan kami bisa segera diperbaiki di tahun ini dengan anggaran perubahan. Kalau belum memungkinkan, bisa dianggarkan paling lambat tahun depan,” tandasnya. (tyo/eno)