Neutron Yogyakarta

Jalan Rusak ke TPA Banyuroto Disoal Warga

Jalan Rusak ke TPA Banyuroto Disoal Warga
MENGGANGGU: Kondisi jalan di Padukuhan Gendol, Banyuroto, Nanggulan Kulon Progo yang disoal warga dan pihak sekolah kemarin (4/9). HENDRI UTOMO/RADAR JOGJA

RADAR JOGJA – Akses jalan menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo rusak parah dan berdebu. Kondisi itu disoal warga dan pihak sekolah yang kebetulan dilalui akses jalan yang lama dibiarkan rusak.

Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SDN 2 Wonorejo Bardal Dersonolo mengatakan, dampak kerusakan jalan sangat dirasakan. Tidak hanya memicu kecelakaan para pengguna jalan, namun juga membahayakn kesehatan. Sebab intensitas kendaraan yang lewat, khususnya truk-truk sampah dan tambang yang memicu debu.  “Khususnya anak-anak kami, debu itu membuat sesak napas (Ispa),” ucapnya kemarin (4/9).

Dijelaskan, pihaknya mengaku sempat menembusi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kulon Progo. Namun sampai saat ini belum ada tindak lanjut. Bahkan ada kesan saling lempar tanggung jawab terkait kewenangan. Padahal, penanganan jalan rusak sudah sangat mendesak, begitu mudahnya kendaraan menerbangkan debu masuk ke komplek sekolah.

“Jangankan truk, motor lewat saja memicu debu. Ironisnya lagi, sekolah kami ini berstatus sekolah Adiwiyata. Kok daun-daun di halaman sekolah tertutup debu hingga putih setebal ini. Kami berharap jika ini suara rakyat tidak hanya warga sekolah, segera ada tindak lanjut dari pemerintah,” bebernya.

Menurutnya, kerusakan jalan ini dipicu kendaraan bertonase tinggi. Salah satunya truk sampah dan truk tambang. Sedangkan jalan yang berada di depan SDN 2 Wonorejo, merupakan jalan utama desa. “Dulu lumayan bagus, sekarang habis aspalnya, menyisakan batu dan debu. Saya masuk SD ini sekitar 2012, berarti kerusakan sudah lama, hampir 10 tahun belum ada perbaikan,” tegasnya.

Ditambahkan, tidak hanya musim kemarau. Ketika musim penghujan, kondisi jalan juga tidak lepas dari persoalan. Bau sampah kerap menguar, ketika truk melintas di jalan tersebut.

“Seingat saya, sekitar dua tahun lalu pernah ada larangan truk sampah melalui jalan ini. Sebab sudah dibuatkan jalur khusus di sebelah selatan, namun mungkin sopirnya kadang lupa, tetap saja ada truk sampah yang lewat sini,” imbuhnya.

Ngadiman, 60, warga Padukuhan Gendol mengungkapkan, atas kerusakan jalan ini juga belum ada kompensasi atau ganti rugi yang diberikan kepada warga baik dari TPA atau penambang. “Mentok yang diurug dengan kerakal dari pihak tambang, tapi juga tidak menghilangkan persoalan, debu masih saja beterbangan, kadang memang disiram, tapi ketika sudah kering debu naik lagi,” lontarnya.

Ditegaskan, tidak hanya anak-anak yang terserangng Ispa. Namun juga dengan guru sekolah.

“Mengganggu kesehatan. Karena tidak tahu mau lapor ke mana, kami membuat spanduk ini juga atas inisiatif sendiri merespons kondisi debu yang semakin parah,” tegasnya. (tom/bah/eno)

Lainnya