Neutron Yogyakarta

58 Mahasiswa UMY Terjerat Pinjol Ilegal

58 Mahasiswa UMY Terjerat Pinjol Ilegal
WULAN YANUARWATI/RADAR JOGJA

RADAR MAGELANG – Sebanyak 58 mahasiswa UMY terjerat pinjaman online (pinjol) ilegal. Jumlah ini berdasarkan survei acak.

Rektor UMY Gunawan Budiyanto mengatakan, jumlah mahasiswa yang terjerat pinjol diprediksi lebih banyak jika survei dilakukan secara mendalam. Sebab saat ini, metode pinjol saat ini mulai menyasar kos-kosan. Mereka didatangi secara langsung. “Pinjol masuk dari kamar ke kamar kos. Ngeri kan,” ujarnya di sela-sela acara Masa Ta’aruf (Mataf) mahasiswa baru di Sporatorium UMY kemarin (11/9).

Gunawan menyebut, alasan para mahasiswa mengambil pinjol bukan untuk kebutuhan perkuliahan. Namun karena faktor gaya hidup mahasiswa. “Nah jeleknya mahasiswa kita kan, satu, malu. Karena pinjaman online itu bukan untuk kuliah lho, untuk lifestyle, untuk macam-macam. Ini yang agak susah,” jelasnya.

Sejauh ini ada yang sudah lunas, namun ada yang masih belum terlepas dari jeratan pinjol. Bunga yang diberikan berkisar dari 20-25 persen dengan jangka pinjaman jangka pendek enam bulanan. Sedangkan nominal pinjaman kisaran Rp 5 juta hingga Rp 12 juta. “Ada yang sudah lunas tapi luar biasa bunganya, ini bukan pinjaman tapi merampok,” lontarnya.

Lebih lanjut, Gunawan mengatakan hutang pinjol ilegal mempengaruhi kondisi psikis para mahasiswa. Apalagi jika terlambat membayar, bisa diteror dan mengakibatkan tidak fokus belajar. “Ada yang sampai dosen atau kaprodinya ditelpon karena mahasiswa pinjam uang di pinjol. Kita berharap OJK segera cepat bergerak,” ujarnya.

Salah satu upaya antisipasi agar pinjol ilegal tidak merambah ke mahasiswa baru, maka UMY melarang panitia Mataf meminta nomor handphone dan tanda tangan mahasiswa. Mereka juga diberi sosialisasi bahaya pinjol.

“Sudah tiga tahun ini panitia maba tidak boleh meminta nomor handphone-nya dan tanda tangan. Sebab begitu selesai mataf maba, data itu dibuang dan kemudian bisa dimanfaatkan orang yang tidak bertanggungjawab,” paparnya.

Sebelumnya, UMY juga mengadakan acara tahunan silaturahmi kepada orangtua dari mahasiswa baru pada Sabtu (9/9). Jumlah mahasiswa baru di UMY sebanyak 5.550 mahasiswa. Sekitar 2.800 orang tua/wali hadir di Sportorium UMY secara langsung dan sisanya secara daring.

Kepala Biro Admisi UMY Imam Suprabowo mengatakan banyak dialog yang dibangun antara pimpinan universitas dengan para wali. Sehingga diharapkan banyak informasi didapatkan oleh orang tua dan para mahasiswa baru.

“Termasuk di antaranya adalah fasilitas fisik seperti sarana dan prasarana, dan juga fasilitas non-fisik berupa layanan seperti konseling, kesehatan dan karir,” tuturnya. (lan/eno)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)