Neutron Yogyakarta

Aliran Selokan Mataram Dimatikan Sebulan

Aliran Selokan Mataram Dimatikan Sebulan
BAKAL DITUTUP: Warga mengambil sampah yang hanyut di Selokan Mataram kawasan Temanggal, Purwomartani, kalasan, Sleman kemarin (25/9). Rencananya, Selokan Mataram akan ditutup selama satu bulan. (Elang Kharisma Dewangga/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG – Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWSSO) bakal melaksanakan pembangunan infrastruktur dan pemeliharaan Selokan Mataram. Dampaknya, saluran yang sudah lama memasok kebutuhan air bagi para petani itu akan dimatikan selama satu bulan.

Ahli Madya Bidang Pelaksanaan Jaringan Air BBWSSO Rr Vicky Ariyanti mengatakan, dimatikannya aliran air Selokan Mataram akan berlangsung dari 1-31 Oktober mendatang. Itu dilakukan karena ada tiga pelaksanaan proyek yang dilakukan.

Di antaranya pembangunan bangunan ukur di saluran induk, pembangunan pintu, serta pemeliharaan sekaligus pengerukan sedimentasi. Proyek tersebut sebenarnya direncanakan berjalan selama dua bulan. Namun dipercepat hanya satu bulan karena melihat dampak dari dimatikannya aliran air di Selokan Mataram.

“Untuk pengerjaan pembangunannya kami menggunakan zat adiktif agar bisa dipercepat, paling cepat selesai (proyek Selokan Mataram) tiga minggu,” ujar Vicky seusai menggelar rapat koordinasi dengan Pemkab Sleman di ruang rapat Wakil Bupati Sleman kemarin (25/9).

Menurut Vicky, pembangunan pintu air itu juga nantinya akan berdampak pada efektivitas jaringan air di Selokan Mataram dan saluran Van Der Wijck. Karena nantinya masing-masing pintu air bisa dibuka maupun ditutup tanpa harus dimatikan bersamaan seperti tahun-tahun sebelumnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa menyampaikan, telah melakukan sosialisasi terkait hal tersebut. Khususnya kepada masyarakat yang selama ini menggantungkan kebutuhan air dari Selokan Mataram. Seperti para petani padi dan pembudidaya ikan.

Lebih lanjut, pemkab juga telah berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk upaya antisipasi dampak kerugian. Adapun yang sudah dilakukan Pemkab Sleman, di antaranya dengan meminta para pembudidaya ikan untuk mengubah sistem budi daya ikan non-bersisik yang tidak banyak membutuhkan air.

Kemudian, pemkab juga telah meminta kepada para petani agar mengubah sistem pertanian, khususnya pada komoditas padi. Sehingga harapannya masalah seperti gagal panen bisa diantisipasi.

“Apapun sudah kita antisipasi, kami juga siapkan droping air,” ungkap Danang. (inu/eno)

Lainnya