RADAR MAGELANG – Setelah sukses digelar di Jakarta, pameran World Press Photo 2023 kini ada di Pendhapa Art Space, Sewon, Bantul 1-23 Oktober. Seluruh karya yang ditampilkan menyoroti isu krisis iklim, komunitas, hingga dampak perang terhadap warga.
Direktur Erasmus Huis Nicolaas de Regt mengatakan, isi dari karya merupakan foto dan kisah terbaik dari topik-topik terpenting dan paling mendesak tahun lalu. Seperti foto milik Evgeniy Maloletka. Karya pewarta foto Ukraina itu diganjar anugerah World Press 2023 Photo of the Year dengan judul Mariupol Maternity Hospital Airstrike.
Gambaran yang ditampilkan merupakan perempuan bernama Iryna Kalinina, 32, yang sedang terluka. Tangan kirinya tampak menahan perut buncitnya. Dia terbaring di atas tandu berlapis kain merah. Digotong oleh empat orang berompi lengkap dengan senjata dan relawan sipil.
Mereka melintas di sebuah lahan kosong di sekitar rumah sakit bersalin di Kota Mariupol, Ukraina, yang porak poranda karena serangan bom dan mortir Rusia. Bayi yang dikandung Iryna bernama Miron, yang akhirnya terlahir meninggal. Setengah jam kemudian Iryna menghembuskan nafas terakhirnya. “Mereka juga membantu meneruskan tradisi tentang apa yang dapat dilakukan dengan fotografi, dan bagaimana fotografi membantu kita untuk melihat universalitas kondisi manusia,” jelasnya.
Baca Juga: Mengunjungi Kampung Batik Gemeksekti, Layaknya Giriloyo di Bantul,
Pada edisi ke-66 ini, para juri memilih pemenang dari 60.000 foto milik 3.700 fotografer dari 127 negara. Para juri sendiri membutuhkan waktu enam minggu untuk menyeleksi foto yang terpilih sebagai pemenang. Menghasilkan 24 pemenang regional dan enam penghargaan kehormatan.
Herlambang P Wiratraman, Asisten Profesor Departemen Hukum Konstitusi Fakultas Hukum UGM yang turut membuka pemeran menyebut, foto memiliki kekuatan untuk membangkitkan emosi. Menceritakan kisah tersembunyi dan mengabadikan kehidupan sehari-hari yang dapat mengubah masyarakat. “Foto dapat menginspirasi masyarakat untuk mengambil tindakan, meningkatkan kesadaran tentang isu-isu mendasar dan menandakan peristiwa-peristiwa yang bermakna bagi kemanusiaan,” ujarnya.
Menurutnya, setiap foto memiliki pemaknaan sendiri. Foto yang dipamerkan mengajak penontonnya untuk berpikir kritis tentang tema-tema penting di dunia. “Beberapa dari mereka bahkan mempertaruhkan keselamatan, kebebasan, dan nyawa untuk mengabadikan momen-momen yang membentuk pemahaman kita tentang dunia,” katanya. (tyo/eno)