Neutron Yogyakarta

Kandungan BOD dan Fenol Melebihi Ambang Batas, Hasil Uji Lab Pantai Krakal dan Slili yang Tercemar Limbah

Kandungan BOD dan Fenol Melebihi Ambang Batas, Hasil Uji Lab Pantai Krakal dan Slili yang Tercemar Limbah
SUDAH AMAN: Petugas saat melakukan pengecekan di Pantai Krakal dan Slili pasca tercemar limbah cair Minggu (8/10).FILE RADAR JOGJA 

RADAR MAGELANG – Hasil uji laboratorium sampel air laut dari Pantai Krakal dan Slili sudah keluar. Menunjukkan kandungan Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan Fenol atau asam karbolat melebihi ambang batas.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul Harry Sukmono mengatakan, BOD merupakan kondisi oksigen yang diperlukan untuk mengurai larutan organik rendah. “Namun, ada faktor yang tidak memenuhi baku mutu” sebutnya Selasa (24/10). “Untuk fenol melebihi nilai ambang batas meskipun saya tidak bisa menjustifikasi bahwa fenol itu sifatnya asam,” sambungnya.

Hanya saja, tingkat kepekaan BOD maupun Fenol belum tinggi. Tapi apakah menjadi penyebab kematian biota laut atau tidak, Sukmono masih belum bisa memastikan. Namun, memang ada material anorganik yang sempat mencemari air laut di dua pantai itu.
“Dengan keluarnya hasil uji laboratorium ini, dapat dipastikan kondisi di Pantai Krakal dan Slili aman,” tegasnya.

Sementara itu, Koordinator Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah Operasi II Pantai Baron Marjono menyebut, limbah cair yang sempat mencemari Pantai Krakal dan Slili sudah hilang. “Sudah bersih, sudah tidak ada lagi limbah cair di dua pantai itu,” kata Marjono.

Sebagaimana diketahui, limbah cair mirip solar ditemukan di Pantai Krakal dan Slili, Gunungkidul pada Sabtu (7/10). Wisatawan lokal Mayarisari yang berlibur dengan keluarganya di area pantai mengaku kaget. Karena melihat air laut tercemar cairan berwarna pekat. Bahkan aaat anaknya bermain air, tangan dan kaki seperti terkena oli. (gun/eno)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)