RADAR MAGELANG – Sejumlah pedagang Pasar Pingit wadul ke Forum Pemantau Independen (Forpi) Kota Jogja Rabu (25/10). Mereka mengeluh dagangannya sepi sejak 2019, tepatnya usai dilakukan renovasi. Pasar Pingit menjadikan ikan hias sebagai komoditas utama.
Sepinya penjualan turut dirasakan oleh salah seorang pedagang, Fepriyanti. Dia mengaku sudah 25 tahun membuka warung makan di Pasar Pingit. Sejak 2019, dagangannya sepi.
“Dulu jualan, untuk nasi beras mencapai 10 kilogram. Sekarang satu kilogram saja harus dibawa pulang karena tidak habis,” katanya usai bertemu dengan Forpi Kota Jogja kemarin.
Pedagang lainnya Agung Yuniarto juga mengeluhkan hal yang sama. Pemilik usaha servis jam ini menjelaskan, awalnya pedagang ikan hias berada di sisi belakang. Sementara bagian depan diisi pedagang lain seperti warung makan, hingga klitikan.
Baca Juga: TPA Piyungan Tutup 45 Hari, Forpi Kota Jogja Desak Pemda DIY Segera Bangun Transisi Sampah
Perubahan layout pasar yang menempatkan los ikan hias di bagian depan inilah yang diduga menjadi penyebab sepinya pembeli bagi pedagang selain pedagang ikan hias. “Jadi dulu begitu orang mau beli ikan hias itukan melewati (bagian depan) dulu, sembako atau apa. Kalau sekarang tidak, langsung ke depan. Belakang habis,” ujarnya.
Menurut Agung, ada 15-20 pedagang yang merasakan dampak dari sepinya penjualan. Bahkan bagian belakang Pasar Pingit semakin sepi lantaran ada pedagang yang gulung tikar. Penurunan omzet diakuinya terjadi drastis. Paling tidak mencapai 70 persen. Padahal dia harus mencukupi kebutuhan sehari-hari. Belum lagi ada biaya retribusi yang harus dia setorkan rutin.
Di sisi lain, pendapatan yang dia dapatkan sehari-harinya tak cukup untuk membayar semua itu. “Kalau gini gali lubang tutup lubang, gimana caranya untuk bertahan. Imbasnya untuk retribusi pasar saja sampai nunggak-nunggak. Dari tahun 2019 sudah kerasa sampai sekarang,” tambahnya.
Baca Juga: Forpi Kota Jogja Dorong Inspektorat Objektif Periksa Kasus Gratifikasi
Tak banyak tuntutan, Agung dan pedagang lain hanya meminta jalan keluar untuk membuat Pasar Pingit kembali ramai seperti dulu. “Harapannya untuk menghidupi pasar seperti dulu. Los yang kosong bisa diisi,” harapnya.
Anggota Forpi Kota Jogja Baharrudin Kamba mengatakan, upaya renovasi pasar seharusnya menjadikan pedagang justru ramai oleh pembeli, bukan sebaliknya. Menanggapi keluhan pedagang, Kamba mengaku akan melakukan pengecekan lokasi. Kaitannya dengan bangunan pasar dan akses jalan di Pasar Pingit.
Selain itu, menurut Kamba, retribusi yang menunggak dari para pedagang juga harus menjadi perhatian Dinas Perdagangan. “Bisa saja memanggil para pedagang untuk kewajibannya seperti apa. Apakah diberi keringanan atau seperti apa,” katanya.
Dia juga mendorong Pemkot Jogja untuk menciptakan gelaran even di Pasar Pingit. Ini menjadi cara untuk mendatangkan kerumunan orang. Diharapkan bisa memutar kembali roda perekonomian di Pasar Pingit. “Sehingga Pasar Pingit kembali hidup,” ujarnya. (isa/laz)