Neutron Yogyakarta

Dipenuhi Bunga Tabebuya, Magelang Serasa Jepang

Dipenuhi Bunga Tabebuya, Magelang Serasa Jepang
RIMBUN: Bunga tabebuya menghiasi sepanjang jalan menuju Dusun Ngletoh, Desa Payaman, Secang. Masyarakat dari berbagai desa pun datang untuk sekadar berfoto.Naila Nihayah/Radar Jogja

RADAR MAGELANG – Julukan ‘Kota Sejuta Bunga’ memang layak disandang oleh Magelang. Hal itu didukung dengan banyaknya pepohonan rimbun di sepanjang jalan. Baik jalan protokol maupun jalan perkampungan. Termasuk pohon tabebuya (handroanthus chrysotrichus). Warga Dusun Ngletoh, Payaman, Secang pun swadaya untuk menanam pohon tersebut.

NAILA NIHAYAH, Mungkid

Pemandangan lebatnya bunga tabebuya membuat Magelang layaknya berada di Negeri Sakura, Jepang. Sebab, bunga tabebuya ini sekilas mirip dengan bunga sakura. Padahal, keduanya memiliki perbedaan. Satu di antaranya makhota bunga tabebuya berbentuk seperti terompet. Sedangkan bunga sakura berlepasan seperti mawar.

Pohon tabebuya ini banyak dijumpai di jalan-jalan protokol maupun perkampungan di kota dan Kabupaten Magelang. Warnanya pun beragam. Mulai dari putih, merah muda, hingga kuning. Beberapa waktu lalu, bunga ini bermekaran di sepanjang median jalan mulai dari kawasan Artos Magelang hingga Palbapang, Mungkid. Begitu juga di Jalan Soekarno-Hatta, Sawitan.

Baca Juga: Mau Berfoto Serasa di Jepang? Datang Saja ke Jalan Kampung di Magelang

Kemudian di Jalan Sarwo Edhi Wibowo, Jalan Ahmad Yani, sampai Jalan Pahlawan, Kota Magelang. Kini bunga tabebuya ini mulai bermekaran di sepanjang jalan menuju Dusun Ngletoh, Payaman, Secang. Bahkan, suasananya benar-benar terasa seperti di Jepang. Namun, versi lokal. Pemandangan ini membuat sejumlah warga dari berbagai desa turut mengabadikan momentum itu.

Menariknya, pohon tabebuya ini ditanam swadaya oleh warga RT 13/RW 6 Dusun Ngletoh. Seorang warga Nur Kholis menyebut, semula jalan menuju dusunnya terasa gersang dan minim penghijauan. Kalau jalan kaki, terasa panas. Atas inisiatif warga, kami mengadakan musyawarah. “Bagaimana kalau sepanjang jalan ini ditanami pepohonan,” sebutnya saat ditemui kemarin (31/10).

Dari musyawarah itu muncul ide agar sepanjang jalan tersebut ditanami pohon tabebuya. Saat itu pun, warga sepakat dan penanamannya dilakukan secara swadaya. Berapapun nominalnya diterima. Tanpa bantuan dari pemerintah desa maupun daerah. Akhirnya, warga mulai menanam bibit pohon tabebuya pada 2016 atau sekitar tujuh tahun yang lalu.

Baca Juga: Gunung Merbabu Terbakar, Hanguskan Sekitar 167 Hektare Lahan di Wilayah Magelang

Sejak ditanam ini menjadi kali pertama berbunga secara serentak di jalan sepanjang 300 meter itu. Lantaran empat tahun lalu, periode berbunganya berbeda-beda. Bunga tabebuya ini sudah bermekaran sejak satu minggu yang lalu. Lebih rimbun ketimbang sebelumnya. Warna bunganya merah muda dan putih.

Keberadaan pohon tabebuya ini sedikit banyak dapat membantu warga setempat. Selain menjadi lebih teduh dan tidak panas, pemandangannya menjadi dambaan para pecinta spot fotogenik dan Instagrameble. “Mulai viral (pemandangan seperti di Jepang) baru-baru ini. Banyak yang datang dan selfie,” katanya.

Para warga pun merasa senang lantaran jalan yang semula hanya dilewati lalu lalang kendaraan saja, kini menjadi ramai. Mereka juga tidak memungut biaya parkir bagi para pengunjung yang hendak menikmati pemandangan tersebut. Hanya saja, karena merupakan jalan alternatif, pengunjung tidak bisa leluasa untuk berswafoto.

Baca Juga: Untidar Gandeng KONI, Deteksi Dini Atlet Berpotensi di Kota Magelang

Seorang warga Bandongan Zuny Prasetya, 38 mengaku, sengaja datang ke Dusun Ngletoh untuk menikmati pemandangan bunga tabebuya bermekaran. Dia mengetahui informasi tersebut dari Instagram. Karena sudah ada unggahan yang memperlihatkan suasana jalan layaknya di Jepang. “Kami nyoba ke sini. Ternyata sampai sini, udah ramai banget,” paparnya.

Zuny menuturkan, baru pertama kali melihat suasana indah yang menyuguhkan mekarnya bunga tebebuya. Bahkan, dia bersama tiga temannya sengaja mengajak seorang fotografer untuk mengabadikan momen tersebut. “Ala-ala di Jepang ya. Bisa buat konten juga,” sambungnya.

Hal senada juga disampaikan oleh warga Japunan Reni, 38. Dia melihat sebuah konten di Instagram yang memperlihatkan jalanan penuh dengan bunga tabebuya. Hanya saja, dia menilai, tidak sesuai ekspektasi karena terlalu ramai. “Kalau di Instagram sepi. Ternyata sampai sini ramai. Padahal ekspektasinya sepi, apalagi dekat sawah,” ujarnya. (din)

Lainnya

Exit mobile version