Neutron Yogyakarta

Produksi Ikan Budidaya di Sleman Turun 5.500 Ton

Produksi Ikan Budidaya di Sleman Turun 5.500 Ton
POTENSI: Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo saat melakukan panen ikan nila di kolam Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) Mina Taruna, Wonokerto, Turi, Kamis (2/11/23).IWAN NURWANTO/RADAR JOGJA

RADAR MAGELANG – Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman memprediksi ada penurunan hasil produksi perikanan tahun ini. Ini disebabkan imbas musim kemarau yang tak kunjung berakhir dan penutupan Selokan Mataram.

Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman Suparmono mengatakan, pada 2022 produksi ikan di Sleman mencapai 55.000 ton. Sementara untuk tahun ini kemungkinan mengalami penurunan hingga 10 persen atau sebesar 5.500 ton.

Menurut dia, penurunan itu dapat terjadi karena ada sebagian pembudidaya di Sleman yang melakukan panen dini. Sehingga menjual lebih cepat ikannya sebelum masa panen, lantaran khawatir kekurangan air karena musim kemarau dan dampak penutupan Selokan Mataram.

Karena kondisi itu, pihaknya berupaya agar produksi ikan tetap dapat optimal. Upayanya dilakukan dengan memaksimalkan sistem budidaya kolam kincir.”Dengan kincir kepadatan ikan bisa lebih tinggi, serta dapat mengatasi keterbatasan air di musim kemarau seperti sekarang melalui teknologi ekosistem,” ujarnya, Kamis (2/11/23).

Baca Juga: Akan Ada Gerakan Mewajibkan Masyarakat Gunakan Batik Khas Sleman, Gebyar Batik Sleman Tampilkan Fashion Show

Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo menyampaikan, pemerintah tengah menggenjot digitalisasi dalam budidaya perikanan. Salah satunya dengan teknologi microbubble yang dapat membuat kadar oksigen dalam air menjadi lebih tinggi.

Dengan kadar oksigen dalam air yang tinggi, hal itu dapat membuat kualitas air menjadi lebih baik. Sehingga ikan budidaya pun lebih sehat dan meningkat nafsu makannya. Serta meningkatkan produksi ikan sampai 40 persen dengan masa panen lebih pendek.”Pembangunan bidang perikanan di kabupaten Sleman ditujukan untuk penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi bagi masyarakat,” terang Kustini.

Salah satu pembudidaya ikan di Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) Mina Taruna Wahyu Hidayat menyatakan, pada musim kemarau seperti sekarang para pembudidaya memang cukup waswas. Sebab, ada peningkatan kematian ikan dari 5-10 persen dari total bibit yang ditebar.
Karena itu, dia pun menerapkan sistem kolam kincir yang mampu meningkatkan kadar oksigen dalam air. Sehingga kemudian kadar oksigen dalam air pun meningkat dan membuat ikan lebih sehat.”Perawatannya harus profesional,” ungkap Wahyu. (inu/din)

Lainnya