RADAR MAGELANG – Ada yang menarik dalam gelaran rangkaian Festival Budaya Kerta-Pleret 2023 yang dilaksanakan 3-5 November di Kerta-Pleret, Bantul. Pameran bergerak Dwi Astana Museum Pleret mendapat perhatian masyarakat, karena dikonsep di atas bus. Seperti apa?
AGUNG DWI PRAKOSO, Bantul
Museum Pleret ikut berpartisipasi menyemarakkan FesBud Kerta-Pleret 2023 lewat pameran temporer berjudul Dwi Astana: Warisan Leluhur yang Tersembunyi. Berbeda dengan pameran sebelumnya, kali ini Museum Pleret menghadirkan museum di dalam bus.
Para pengunjung yang datang diminta presensi hadir terlebih dahulu. Setelah itu, mereka naik ke dalam bus. Di dalam bus itu pengunjung disuguhkan dengan konsep museum yang unik.
Baca Juga: Rekomendasi Museum di Sleman yang Wajib Kamu Kunjungi!
Educator Museum Pleret Ayu Oktavi Dwisaptarini menyampaikan, tema pameran kali berkisah tentang dua istana yang dulu pernah jaya di wilayah Kerta dan Pleret, yaitu Kraton Kerta dan Kraton Pleret. “Koleksi di dalam bus mewakili peninggalan-peninggalan yang ditemukan di kawasan cagar budaya Kerta-Pleret,” ujarnya kemarin (5/11).
Parak atau pameran bergerak adalah konsep pameran di dalam bus. Dinamai pameran bergerak karena lokasi pameran itu bisa di mana saja dan fleksibel. “Konsep parak ini juga kebetulan baru kali pertama dijalankan. Jadi bisa dibilang ini spesial,” tambah Afi, panggilan akrabnya.
Dalam pameran ini, Museum Pleret memfasilitasi photo boot atau yang langsung bisa dicetak. Jadi pengunjung bukan hanya sekadar main di museum, tetapi juga bisa foto-foto dan hasilnya bisa langsung dibawa pulang. “Pameran dan seluruh fasilitas yang ada ini gratis alias tidak dipungut biaya,” ungkapnya.
Dwi Prasetyo, salah seorang pengunjung memberikan apresiasi untuk penyelanggara acara ini. Selain menambah ilmu dan wawasan, ia mengaku baru kali pertama mengunjungi pameran dengan konsep seperti itu. “‘Unik dan menarik. Konsepnya mirip perpustakaan berjalan. Tapi kali ini museumnya yang bergerak,” tambahnya.
Pengunjung lain Abi menuturkan harapannya dengan pameran seperti ini akan membuka wawasan masyarakat mengenai budaya maupun sejarah Mataram Islam yang dulu pernah jaya di kawasan Karta-Pleret. “Semoga masyarakat juga bisa turut serta dalam menjaga warisan budaya yang kita jumpai di sekitar kita,” tambahnya. (laz)