RADAR MAGELANG – Papan jalan sebagai penunjuk di tengah Jalan Malioboro mendapat sorotan dari Tazbir Abdullah. Penasihat pariwisata DIJ ini menilai, narasi penitipan motor dan toilet di area depan kantor gubernur DIJ ini dinilai tidak estetik dan perlu ditertibkan.
“Sangat tidak pantas. Penanggung jawab UPT Malioboro membiarkan tulisan seperti ini berada di tengah jalan utama,” katanya Minggu (12/11).
Disebutnya, hal tersebut tidak pantas baik secara estetika maupun historis. Ditambah dengan kawasan Malioboro yang juga baru ditetapkan sebagai bagian dari sumbu filosofi menjadi warisan budaya dunia.
Baca Juga: Ribuan Pendekar Jawara Bakal Serbu Jogjakarta, Ramaikan Gelaran Pencak Malioboro Festival 2023
Tazbir menilai, entitas historis kawasan Malioboro perlu dijaga. “Sumbu filosofi telah ditetapkan UNESCO, harus terjaga kebersihan, ketertiban, dan kenyamanan bagi semua,” lontarnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, bahwa hampir semua tamu penting dan wisatawan melewati kawasan Malioboro. Hal tersebut dikhawatirkan berpotensi untuk menimbulkan pandangan tidak menyenangkan atau ketidaknyamanan bagi mereka sebagai pengunjung maupun tamu.
“Tamu-tamu membandingkan, tidak ada tulisan seperti ini di tengah jalan utama di ibu kota provinsi lainnya,” sebutnya.
Baca Juga: Animo Tinggi, Bus Trans Jogja Palbapang-Malioboro Bakal Diremajakan
Sementara itu, seorang wisatawan Rania Larasati mengaku, papan jalan cukup mengganggu pandangan mata. Hanya saja, informasi yang ada bisa membantu wisatawan dan pengunjung. “Ada sisi positif negatifnya. Positifnya ya memudahkan orang cari parkir atau toilet umum,” ungkapnya.
Soal estetika, dia menyebut, akan mengganggu saat wisatawan sedang berfoto di kawasan itu. “Kurang bagus sih ya kalau foto ada background itu, apalagi memang posisinya di pusat kota,” tuturnya. (iza/eno)