Neutron Yogyakarta

Penanganan Stunting Rawan Salah, Lantaran Pengukuran Tinggi dan Berat Bayi Tidak Tepat

Penanganan Stunting Rawan Salah, Lantaran Pengukuran Tinggi dan Berat Bayi Tidak Tepat
LAUNCHING: Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa saat meresmikan program Anting-Anting Emas di Kalurahan Pandowoharjo, Sleman Selasa (14/11).IWAN NURWANTO/RADAR JOGJA 

RADAR MAGELANG – Faktor penyebab stunting tidak hanya dari segi kecukupan gizi. Namun pengukuran berat dan tinggi badan yang tidak tepat, juga cukup rawan menjadi penyebab penanganan yang salah.

Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa mengatakan, keakuratan pengukuran berat dan tinggi badan cukup penting untuk penanganan stunting. Sebab jika tidak tepat, maka penanganannya dan pendataanya akan kurang optimal.

Danang menyebut, pengukuran yang tidak tepat dikhawatirkan dapat membuat bayi yang terindikasi stunting justru tidak dilakukan penanganan. Begitu pula sebaliknya. Bayi yang seharusnya tidak stunting, malah dilakukan penanganan yang tidak perlu.

Baca Juga: Pengukuran Berat dan Tinggi Badan Bayi Tidak Tepat, Penanganan Stunting Rawan Salah

Karena itu, menurutnya, tera ulang alat penimbang berat dan tinggi badan bayi di posyandu maupun puskesmas perlu dilakukan. Sehingga hasilnya pun dapat akurat.

“Bayi yang bobotnya kurang dari 2,5 kilogram itu stunting, sehingga dengan adanya keakuratan maka bisa dilakukan penanganan yang tepat,” beber Danang Selasa (14/11).

Kondisi itu, lanjutnya, yang mendasari Pemkab Sleman melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman meluncurkan program Anting-Anting Emas. Yakni akronim dari Alat Ukur dan Timbangan Penting untuk Penanganan Stunting Bersama Metrologi Legal Sleman.

Baca Juga: Guru Besar FKUI Ingatkan, Wasting dan Stunting Ancaman Terwujudnya Generasi Emas Indonesia

Danang menerangkan, angka prevelensi stunting di kabupaten Sleman berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SGSI) mengalami penurunan. Karena pada 2021, angka penurunan stunting di Sleman sebesar 16 persen. Lalu turun menjadi 15 persen tahun lalu.

Kemudian berdasar e-PPBGM, angka stunting di Sleman mengalami penurunan 1,9 persen selama kurun waktu dua tahun. Yakni pada 2021 sebesar 7,2 persen menjadi 6,88 persen pada 2022.

“Apabila alat timbangan dan alat ukur tinggi badan tidak berfungsi dengan baik atau kurang akurat, dampaknya cukup mempengaruhi terhadap akurasi kenaikan atau penurunan angka stunting di Sleman,” ucap Danang.

Baca Juga: Cegah Stunting lewat Pemberian Makanan Tambahan Gratis

Sementara itu, Kepala Disperindag Sleman Mae Rusmi Suryaningsih menyampaikan, pada tahun ini pelayanan tera ulang posyandu atau Anting-Anting Emas bakal menyasar dua kapanewon. Yakni Mlati dan Sleman.

Dari dua kapanewon tersebut, sudah ada empat kalurahan yang sudah dilakukan tera ulang. Meliputi Kalurahan Tridadi, Caturharjo, Triharjo, dan Pandowoharjo. Sementara di luar dua kapanewon itu, ada di Kalurahan Sidoarum, Godean.

“Data sementara UTTP Posyandu di kalurahan yang sudah masuk di kami ada 186 unit dan 41 dinyatakan rusak atau tidak bisa ditera,” beber Mae. (inu/eno)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)