Neutron Yogyakarta

Pengelolaan PSG Tidak Maksimal, Jadi Sentra Kerajinan, Pemkab Bantul Berencana Kembangkan Sektor Wisata

Pengelolaan PSG Tidak Maksimal, Jadi Sentra Kerajinan, Pemkab Bantul Berencana Kembangkan Sektor Wisata
TIDAK TERPAKAI: Komunitas saat membatik di depan ruko atau kios yang tutup dan tidak terpakai di Pasar Seni Gabusan (PSG) Selasa (14/11/23).GREGORIUS BRAMANTYO/RADAR JOGJA 

RADAR MAGELANG – Pengelolaan Pasar Seni Gabusan (PSG) selama ini dinilai kurang optimal. Sebab pasar yang dibangun sejak 2004 dengan luas sekitar lima hektare itu, kini terbilang sepi. Banyak kios yang kosong dan tak dimanfaatkan.

“Apik lho sakjane, bangunannya juga masih bagus,” kata Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bantul Fenty Yusdayati Selasa (14/11).

Berada di jalur wisata dan strategis, PSG hanya ramai dikunjungi saat ada pameran dan even. Oleh karena itu, pasar yang selama ini dijadikan sentra kerajinan dan barang seni itu akan dikembangkan di sektor pariwisata. Pemkab ke depan akan kembali menata dan menambah bangunan baru. Terlebih unutk menonjolkan aspek wista. Sehingga masyarakat bisa memanfaatkannya untuk menyelenggarakan beragam acara selain seni, hingga untuk berekreasi.

Baca Juga: Gaet Pengunjung, Pasar Seni Gabusan akan Dipoles

“Misalnya semacam ruang olahraga kemudian dibisniskan. Di utara ada Lembah UGM, nah di selatan belum ada,” bebernya.

Menurutnya, urgensi penataan PSG karena diajukannya Kabupaten Bantul sebagai salah satu jejaring kota kreatif dunia versi UNESCO. Maka dari itu, pasar tersebut akan dikembangkan tidak hanya dari sisi ekonomi saja. Tetapi juga ada penambahan fasilitas lain. “Kita punya pusat kreatif yang perkembangannya perlu di-support. Syukur-syukur kalau ada kegiatan harian rutin,” lanjutnya.

Dalam hal ini, pemkab akan bekerja sama dengan swasta. Sebab pemerintah dinilai tidak akan maksimal dalam mengembangkan area dalam hal bisnis.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Bantul Kwintarto Heru Prabowo berharp, dengan melihat grand design yang dirancang oleh Bappeda, ada beberapa perbaikan dalam kegiatan-kegiatan di PSG. “Perubahan desain PSG yang akan diikuti juga oleh perubahan tata kelola dan pemanfaatannya,” ungkapnya.

Baca Juga: Hentikan Kontrak Pasar Seni Gabusan

Jika pihaknya diberi mandat untuk mengelola PSG di sektor pariwisata, maka akan menggandeng pihak swasta dengan melihat sisi prestasi. “Kalau pemerintah yang mengelola, biasanya bagus pun tidak ada reward-nya, dan jelek pun tetap digaji,” ujarnya.

Menurut mantan Panewu Sewon ini, lokasi PSG sangat prospektif. Letaknya yang sangat strategis bisa dijadikan sebagai tempat transit untuk wisatawan. “Sehingga jika di PSG ada tempat seperti home stay atau penginapan ala backpacker yang bisa digunakan menginap secara komunal, menurut saya itu menarik,” ungkapnya.

Kemudian jika sudah dikonsep seperti itu, maka sektor lain seperti kuliner, souvenir, dan merchandise akan laku. “Dari persepsi kami seperti itu,” tandasnya. (tyo/eno)

Lainnya