RADAR MAGELANG – UMKM disinyalir menjadi salah satu kelompok yang cukup rentan terkena serangan siber. Hal ini karena keterbatasan SDM dan anggaran UMKM, hingga kurangnya pemahaman pengusaha terhadap perlindungan data. Selain itu, karena UMKM merupakan rantai terlemah dalam supply chain dan pelaku usaha masih sering abai pada perkembangan teknologi.
Alasan itu diungkakan oleh Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian. Disebutnya, UMKM adalah penopang ekonomi yang cukup besar di Indonesia karena memiliki kontribusi lebih dari 60 persen terhadap Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia. “Dengan demikian, serangan siber terhadap UMKM dapat membahayakan perekonomian negara,” ungkapnya pada Temu Bisnis UMKM di UGM Selasa (14/11).
Baca Juga: Para Pelaku UMKM Curhat ke Kapolda DIY soal Pengendara Mabuk, Lampu Penerangan Mati, Hingga Judi
Hinsa menjabarkan, ada lima ancaman umum yang sering menargetkan UMKM. Mulai dari ransomware, phishing, software vulnerability exploit, insider threat, serta kombinasi antara social engineering dan malware. Untuk melindungi UMKM dari serangan siber yang bersifat teknis maupun sosial, diperlukan kesadaran dan kolaborasi dengan pemangku kepentingan. “Diperlukan kesatuan tindakan dengan merujuk strategi keamanan siber nasional,” tegasnya.
Lalu, agar memiliki bisnis yang berkelanjutan, Hinsa juga menyarankan agar digitalisasi UMKM perlu diiringi dengan peningkatan kemampuan dan kesadaran keamanan siber yang mumpuni. “Termasuk lewat program literasi keamanan siber dan mempromosikan penilaian mandiri keamanan informasi,” tuturnya.
Pelaku UMKM yang turut hadir Yulia Ernawati mengungkapkan, kejahatan siber saat ini sangat beragam. “Yang saya tahu kejahatannya seperti link di WhatsApp atau undangan nikah. Ternyata masih banyak yang lain,” lontarnya.
Baca Juga: UMKM DIY Dijadikan Percontohan Bagi Dinas UMKM Luar Daerah
Diakuinya, para pelaku UMKM sangat penting untuk bisa mengenali ragam motif dan cara preventifnya. Karena dia menilai, banyak data-data pelanggan yang dikhawatirkan bisa disalahgunakan. “UMKM kan banyak transaksi sama pembeli lewat online, takut juga kalau datanya itu dicuri,” tuturnya. (iza/eno)