RADAR MAGELANG – Kondisi Pasar Seni dan Wisata Gabusan (PSWG) sampai saat ini masih sepi. Banyak kios yang kosong dan tidak dimanfaatkan. PSWG yang dibangun sejak 2004 itu kini dikelola Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) Bantul.
Dari pantauan Radar Jogja pada Kamis (16/11), suasana di PSWG terpantau sepi. Meskipun ada pelatihan batik yang diikuti oleh sebuah komunitas. Ada pula beberapa orang yang tampak nongkrong. Sebagian besar kios tutup. Hanya ada beberapa yang terlihat buka. Padahal ada puluhan kios di pasar tersebut.
Salah satu pedagang di PSWG, Ikbal Lungtunggal mengaku, kondisi pasar pada hari biasa memang sepi. Hanya ramai saat ada even atau acara komunitas saja. Itupun rata-rata hanya sebulan sekali.
Semenjak pandemi Covid-19, jumlah pengunjung memang menurun.
Baca Juga: Peruntukannya untuk Pasar Tegalrejo, TKD Gabusan Masih untuk Permukiman
Pedagang barang antik khas suku Baduy itu menyebut, penjualan secara online juga mempengaruhi tingkat penurunan kunjungan. “Saya nggak tahu apakah promonya kurang apa gimana,” katanya, kemarin (16/11).
Para pedagang pernah beberapa kali dikumpulkan bersama pengelola. Untuk rapat membahas soal kemajuan pasar supaya kembali ramai. Sebelumnya, memang sering ada kunjungan rombongan wisata menggunakan bus pariwisata. Namun saat ini sudah jarang.
Koordinator PSWG Sigit Selo Raharjo mengatakan, dalam perkembangannya, PSWG memang mengalami pasang surut. Apalagi setelah direvitalisasi oleh Pemkab Bantul pada 2019. PSWG pun secara regulasi disamakan dengan pasar tradisional. Sehingga diberlakukan retribusi dan kewajiban lainnya bagi pedagang. “Karena kondisi sepi yang diperparah dengan pandemi Covid-19, banyak pedagang yang mengundurkan diri,” ungkapnya.
Pihaknya hanya mengandalkan agenda even dan komunitas untuk meramaikan. Contohnya komunitas barang antik, lalu juga ada pusat oleh-oleh. Namun akhirnya juga tenggelam.
Baca Juga: ITF Pasar Niten Bakal Beroperasi Akhir Tahun, Kelola Sampah dari Pasar di Bantul
Even yang digelar baik dari pemerintah maupun komunitas. Dari Pemkab Bantul, selain Bantul Expo ada juga Pasar Klangenan. Lalu ada pula dari komunitas seperti anniversary komunitas mobil kemudian komunitas burung. Selain itu, sebelumnya juga pernah ada lelang barang antik di PSWG. “Tapi akhir-akhir ini melempem juga,” ujarnya.
Pada saat pandemi Covid-19, PSWG pernah mendapat bantuan dari sejumlah dinas unutk mengadakan pasar tani untuk mendongkrak jumlah pengunjung. Namun ternyata juga tidak cukup mendongkrak. Sekarang yang terjadi banyak pedagang lama yang tutup. “Kami di sini tidak bisa memaksa,” kata Sigit.(tyo/din)