RADAR MAGELANG – Gubernur DIJ Hamengku Buwono X menerima salinan digital 120 naskah aksara Jawa kuno dari Pemerintah Inggris di halaman Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan Jogja, Kamis (16/11). Manuskrip yang diserahkan itu dalam bentuk soft copy atau telah digitalisasi oleh British Library.
HB X mengakui belum mempelajari detail manuskrip yang diterimanya. Yang diserahkan berupa hardisk soft copy-nya saja. “Saya belum tahu isinya, nanti kalau sudah dibuka (manuskripnya). Fisiknya ya di sana (Inggris),” katanya usai menerima manuskrip dari Duta Besar Inggris untuk Indonesia Dominic Jermey.
Raja Keraton Jogja ini belum berencana mengembalikan wujud fisik manuskrip beraksara Jawa kuno sejak masa pemerintahan HB II. Pembahasan juga belum sejauh itu. Hanya terpenting, manuskrip bisa mendatangkan kebermanfaatan tidak hanya untuk pemprov melainkan juga masyarakat.
Baca Juga: Gubernur DIJ: Pandawa Mahabhiseka Bawa Pesan Bijak Kepemimpinan dan Rasa Syukur
“Saya belum sampai di situ (mengembalikan fisik manuskrip, Red). Yang penting dari manuskrip ini menjadi sesuatu hal yang bisa bermanfaat tidak hanya untuk kami, tapi juga masyarakat. Nanti akan muncul di dalam digitalisasi untuk (arsip) Keraton Jogjakarta,” ujarnya.
Disinggung soal pengembalian naskah-naskah bersejarah yang hilang akibat peristiwa Geger Sepehi tahun 1812 silam, HB X tak membahas sejauh itu dengan Dubes Inggris. “Saya tidak menyampaikan seperti itu (pengembalian naskah-naskah peristiwa Geger Sepehi) karena kami sendiri belum mampu merawat,” jelasnya.
Namun, lanjutnya, pada prinsipnya digitalisasi manuskrip relatif sama dengan fisiknya. Sehingga dengan digitalisasi pun sudah bisa diaplikasikan. “Selama ini kan sudah coba kita aplikasikan dalam aktivitas baik seminar maupun pentas wayang dan sebagainya. Tadinya kita tidak pernah tahu,” terangnya.
Geger Sepehi diketahui sebagai peristiwa penyerbuan pasukan Inggris ke Keraton Jogjakarta tanggal 19-20 Juni 1812. Nama Sepehi diambil dari nama pasukan Sepoy yang dipekerjakan Inggris untuk menyerang keraton kala itu.
Baca Juga: Surat Edaran Gubernur DIJ : Hewan Kurban Harus Sehat, Bebas PMK
Kejadian itu dilatarbelakangi pemberontakan Sultan HB II terhadap serangkaian kebijakan Letnan Gubernur di Jawa, Thomas Stamford Raffles. Pemberontakan itu dibalas pengiriman bala tentara Inggris. Dalam peristiwa itu, Keraton kalah, diikuti kerugian terampasnya naskah-naskah dari perpustakaan.
Dubes Inggris Dominic Jermey mengatakan, penyerahan manuskrip digital itu merupakan hasil kerja sama British Library dan Perpustakaan Nasional Indonesia kepada Gubernur Hamengku Buwono X. Kunjungan ini merupakan kunjungan resmi pertamanya sebagai dubes.
“Manuskrip ini merupakan manuskrip yang sangat berharga dan luar biasa. Sehingga kami menyampaikam manuskrip yang luar biasa ini agar tidak hanya bisa dirawat, tapi juga dapat tersedia untuk diakses oleh masyarakat, terutama untuk belajar tentang warisan budaya yang adiluhung,” katanya.
Baca Juga: Tak Menunggu 2024, Oktober 2022 Hamengku Buwono X Dilantik Jadi Gubernur DIJ
Jermey menjelaskan, dalam pertemuan itu dibahas banyak hal dan potensi kolaborasi antara Inggris dan Jogjakarta. Misalnya mengenai pertukaran seni dan budaya yang berkaitan dengan digitalisasi naskah kuno Jawa serta perubahan iklim dan pendidikan.
Penyerahan 120 naskah Jawa secara digital melalui Proyek Digitalisasi Naskah Jawa Bollinger menunjukkan komitmen kuat Inggris untuk bekerja sama dengan DIJ dalam memperluas akses terhadap naskah sejarah melalui inovasi digital. (wia/laz)