RADAR MAGELANG – Wayang dengan gagrak Solo dinilai lebih populer dari wayang gagrak Jogja. Untuk itu, Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya (AKNSB) Jogjakarta mengadakan lomba sungging wayang gagrak Jogja di Pendapa Bale Widya Budaya AKNSB, kemarin (16/11).
Lomba sungging wayang itu merupakan bagian dari serangkaian acara Pesta Wayang 2023 dengan tema “Mewayang Hayu, Eksistensi dan Konservasi”. Acara itu diselenggarakan AKNSB Jogjakarta bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan DIJ dan Komunitas Wayang Merdeka.
Lomba diikuti 46 peserta dari DIJ dan Jawa Tengah. Dari 46 peserta diambil lima juara dan satu juara kategori favorit. “Pesertanya umum, latar belakang bermacam-macam. Ada pelajar SMP, SMA, guru, seniman bahkan perajin,” ungkap penanggung jawab acara Junende Rahmawati.
Baca Juga: MAWAYANG 2023, Mbeber Wayang Beber, Usai Pipamerkan, Dibabar Hari Ini di BBM, Libatkan 50 Dalang
Usai lomba, hasilnya akan dipamerkan dan dinilai dewan juri. Untuk kategori favorit, teknis penilaiannya melalui voting para pengunjung pameran. “Lomba dilaksanakan pukul 08.00-16.00. Ketika hasilnya sudah keluar, segera diumumkan juara lomba sekalian penyerahan hadiah pada malam puncak Sabtu (18/11),” ujarnya.
Tujuan acara ini untuk memunculkan seni wayang klasik maupun kontemporer. Selain itu memilih lomba sungging wayang gagrak Jogja karena wayang gagrak Jogja masih kurang populer. Di luar sana lebih banyak dijumpai wayang gaya solo. Acara ini merupakan salah satu upaya mengenalkan kepada masyarakat perihal wayang gagrak Jogja.
Jika diperhatikan, terdapat beberapa perbedaan dari wayang gagrak Solo dengan Jogja. Perbedaan itu dapat dilihat dari visualnya. “Di bagian sembulian pada wayang gaya solo rancapannya lebih gemuk dan lebar. Kalau gaya Jogja lebih ramping,” tuturnya.
Baca Juga: Ketua Pepadi Apresiasi Generasi Penerus Dunia Wayang Masa Kini
Salah seorang peserta dari Kulon Progo, Cariti Anggita Mukti menilai lomba ini bagus dan menarik. Dengan lomba seperti ini anak muda jadi lebih mengenal wayang gaya Jogja. “Saya di sini menyungging wayang Dewa Ruci. Semua peserta karakter wayangnya sama, hanya saja pewarnaannya dibebaskan oleh panitia,” ujarnya.
Remaja yang masih duduk di kelas 2 SMA ini mendaftar lomba atas dasar keinginannya sendiri. Ia ingin tahu lebih dalam tentang wayang. Ia semangat untuk datang meski rumahnya jauh. “Saya ke sini naik motor dan diantar sama ayah,” ungkapnya. (cr5/laz)