Neutron Yogyakarta

Festival Beda Setara Rayakan Keberagaman Indonesia

Festival Beda Setara Rayakan Keberagaman Indonesia
KOMPAK: Peserta mengikuti flashmob Festival Beda Setara "Indonesia Rumah Bersama" di Kampung Mataraman, Panggungharjo, Bantul Jumat (17/11). GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA

RADAR MAGELANG – Jaringan GUSDURian menggelar Festival Beda Setara di Kampoeng Mataraman, Sewon, Bantul Jumat (17/11). Kegiatan itu digelar dalam rangka memperingati Hari Toleransi Internasional setiap 16 November.

Festival Beda Setara diselenggarakan untuk merayakan keberagaman Indonesia dengan mengampanyekan nilai-nilai toleransi di tengah kehidupan masyarakat Indonesia. Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Duta Besar Belanda untuk Indonesia urusan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan, Bea ten Tusscher.

Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian Alissa Wahid mengatakan, dunia menghormati Indonesia karena mampu menjaga persatuan di tengah keberagaman. Persatuan di tengah keberagaman sendiri membutuhkan toleransi. “Toleransi adalah menerima perbedaan di antara kita,” katanya.

Baca Juga: Dampak Kekeringan Akibat Musim Kemarau di Bantul Belum Berakhir

Dalam orasinya, Alissa menyampaikan bahwa toleransi membutuhkan sikap menerima secara utuh orang yang berbeda. Dengan seluruh rasa kemanusiaannya. Baginya, toleransi tidak dengan sendirinya bisa terus ada dalam kehidupan masyarakat. Toleransi bisa dijaga, jika masyarakat mampu bersikap adil dalam setiap perbedaan. “Dari mana dia berasal, kelompoknya apa, kita harus meyakini bahwa setiap manusia punya martabatnya sendiri,” ujarnya.

Jaringan GUSDURian juga meminta rakyat untuk memilih pemimpin yang sudah terbukti rekam jejaknya. Dan mampu mewujudkan Indonesia sebagai rumah bersama.

Dia mengingatkan kepada masyarakat, pemberian amplop alias politik uang tidak boleh ditoleransi. Sebab jika si pemberi amplop terpilih, mereka akan mencari gantinya dengan korupsi.

Baca Juga: Sipolim Polsek Bantul, sejak 2015 Rutin Berikan Santunan

“Kalau memang tidak bisa ditolak, selemah-lemahnya iman ya diterima saja, lalu diserahkan ke desa atau Bawaslu. Tapi saat mencoblos harus dari hati nurani,” pesan Alissa.

Sementara itu, Ketua Panitia Festival Beda Setara Aulia Abdurahman Soleh mengatakan, kegiatan ini digelar setiap tahunnya. Salah satu isu prioritas yang diangkat adalah penguatan toleransi dan perdamaian. Bukan hanya damai saja, namun menjamin setiap kelompok masyarakat di Indonesia mendapatkan haknya. “Festival ini salah satu bentuk campaign kami supaya terdengar lebih luas dan mempopulerkan praktik-praktik toleransi yang ada di masyarakat,” jelasnya.

Pihaknya sendiri melihat, keberagaman dan toleransi di DIJ bisa dikatakan tidak parah. Namun juga tidak baik-baik saja. Jaringan GUSDURian sendiri melihat, keberagaman sebenarnya hanya satu, yakni menjamin setiap orang mendapatkan haknya masing-masing. “Perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi, hanya pura-pura damai, tapi pada dasarnya ada luka di dalam,” tandasnya. (tyo/eno)

Lainnya

Exit mobile version