Neutron Yogyakarta

ESDS Karya Mahasiswa UGM, Bisa Deteksi Stunting Lebih Cepat

ESDS Karya Mahasiswa UGM, Bisa Deteksi Stunting Lebih Cepat
INOVATIF: Mahasiswa UGM menunjukkan timbangan deteksi dini stunting berbasis Artificial Inteligence yang dinamai ESDS Selasa (21/11).Wulan Yanuarwati/Radar Jogja 

RADAR MAGELANG – Mahasiswa UGM mengembangkan alat deteksi dini stunting berbasis Artificial Inteligence (AI). Menyerupai timbangan, alat tersebut diberi nama Electronic Stunting Detection System (ESDS).

Ketua tim pengembang ESDS AA Gde Yogi Pramana mengatakan, pengembangan alat berangkat dari keprihatinan banyaknya kasus stunting di Indonesia yang tak tertangani dengan cepat. Deteksi dini stunting pada anak masih menemui kesalahan terhadap keakuratan dalam mengukur dan mengevaluasi. Mulai dari manusia hingga alat yang digunakan tidak akurat.

Maka dengan pengukuran menggunakan ESDS, bisa memangkas waktu sekitar 8 menit dibandingkan jika menggunakan timbangan konvensional. Sehingga bayi dapat segera dirujuk dan ditangani. Hasil pengukuran juga secara otomatis tersimpan dan terintegrasi dengan basis data.

Baca Juga: 2.208 Bayi Stunting, Dinkes Sebut Kurang Asupan Protein

“Alat ini terintegrasi dengan web-application,” beber mahasiswa program IUP Elektronika dan Instrumentasi UGM kemarin (20/11).

Sehingga, lanjutnya, dapat menampilkan informasi tumbuh kembang anak. Mulai dari status gizi, indikasi stunting, edukasi sederhana terkait gizi anak, hingga menampilkan riwayat tumbuh kembang anak. Dengan metode pencatatan secara digital ini dinilai mempercepat proses pemutakhiran data dengan basis data pusat secara realtime.

Anggota tim lain Faiz Ihza Permana dari Teknik Biomedis UGM menyebut, dalam pengambilan keputusan anak terindikasi stunting atau tidak, maka digunakan algoritma SMOTE-ENN yang diintegrasikan dengan Ensemble Leraning. Algoritma tersebut memiliki keunggulan dapat berjalan lebih cepat. Dengan begitu, Ensemble Learning dapat mengklasifikasikan uji sampel berdasarkan data yang dinamis. Seperti pada data pengukuran stunting yang terus bertambah setiap kali melakukan pengukuran.

Baca Juga: Kasus Stunting Gunungkidul Tertinggi di DIJ

“Saat balita ditimbang pada permukaan alat atau area yang telah disediakan maka sensor high precision load cell akan membaca besaran yang diukur atau ditimbang,” ujarnya.

Selanjutnya hasil pembacaan tersebut akan dikalibrasi dengan metode regresi linear untuk mendapatkan calibration factor. Lalu LCD akan menampilkan hasil pengukuran berupa data kuantitatif yang merupakan interpretasi dari massa dan panjang tubuh bayi yang diukur.

Anggota tim lainnya yang ikut berpartisipasi dalam inovasi ini adalah Salsa Novalimah dari Ilmu Gizi Kesehatan, Haidar Muhammad Zidan dari IUP Elektronika dan Instrumentasi, dan Ichsan Dwinanda Handika dari Teknik Biomedis UGM. Alat dikembangkan melalui dana hibah dari Dikti dan berhasil lolos melaju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2023. (lan/eno)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)

Exit mobile version