RADAR MAGELANG – Tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Bantul saat ini rata-rata masih sebanyak 31,7 kilogram per kapita per tahun. Namun produksi ikan di Bumi Projotamansari hanya mencapai 14 ribu ton per tahun.
Produksi perikanan itu, didominasi lele di atas tujuh ribu ton per tahun. Namun belum bisa memenuhi kebutuhan warga. “Ada kekurangan sekitar 17 ribu ton,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Bantul Istriyani saat Gebyar Hari Perikanan Nasional ke-10 Tahun 2023 di Pendopo Parasamya 2, Komplek Pemda Manding Jumat (24/11).
Dia mengatakan, masyarakat Bantul sebenarnya gemar makan ikan lele. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya kuliner ikan lele di Bantul. Apalagi secara geografis, budi daya ikan lele dapat dilakukan dengan mudah di wilayah Bantul yang rentan mengalami kekeringan saat musim kemarau.
Baca Juga: DKP Bantul Dorong Budidaya Lele, Kebutuhan Masih Kurang 17 Ribu Ton
Budi daya ikan lele, lanjutnya, dapat dilakukan dengan air sumur. Mengingat air sungai yang cenderung kurang dan kemungkinan telah banyak mengandung polusi. “Komoditas contoh budi daya air sumur itu adalah lele yang mudah dilakukan dan berlangsung di masyarakat, karena lele dengan air terbatas dan tebaran tinggi bisa dilakukan,” bebernya.
Guna mempersempit kesenjangan antara produksi dengan konsumsi ikan lele, pihaknya berupaya mendorong masyarakat agar melakukan budi daya ikan dengan teknologi. Beberapa lokasi yang bisa dijadikan percontohan budi daya ikan lele yakni di Srandakan, Ringinharjo, dan Poncosari.
Di ketiga lokasi tersebut juga terdapat jejaring bisnis budi daya ikan lele.
Tidak hanya teknologi budi daya ikan pada tebaran tinggi dengan sistem air deras saja. Menurut Istriyani, jejaring bisnis ini penting karena dapat membantu pembudidaya baru memasarkan hasil produksinya. Juga mengurangi risiko dipermainkan oleh pasar. “Program-program itu langsung kami sampaikan dengan jaringan itu supaya sejak awal bisa dibimbing sampai keberlanjutan,” jelasnya.
Baca Juga: Dikira Sedang Tertidur, Buruh Bangunan di Bantul Ditemukan Meninggal Duduk Bersandar di Kursi
Sementara itu, salah satu pembudidaya ikan lele SM Yunus, 73, menyebut, permintaan ikan lele memang relatif lebih banyak dibandingkan ikan lainnya. Usaha budi daya ini juga banyak diminati oleh masyarakat. Sehingga 50 kolam miliknya dijadikan tempat pendidikan budi daya ikan lele sejak 2017. “Almarhum suami saya ingin kolamnya dijadikan bukan untuk produksi, tapi pendidikan budi daya,” ucapnya.
Lantaran tidak menargetkan jumlah produksi, ikan yang tidak lagi bisa bertelur akan dipanen untuk dijadikan produk ikan lele. Seperti abon, stik, dan rendang lele. Selain itu, di kolam miliknya juga dibudidayakan ikan nila dan gurame. “Selain budidayanya yang cukup mudah, ikan lele memiliki gizi yang tinggi, dengan harga yang relatif terjangkau oleh masyarakat,” tandasnya. (tyo/eno)