Neutron Yogyakarta

Pemprov Dorong Petani Cabai Manfaatkan Teknologi

Pemprov Dorong Petani Cabai Manfaatkan Teknologi
MAHAL: Pedagang menjual cabai di Pasar Beringharjo Rabu (29/11). Harga cabai masih fluktuatif. Saat ini harganya mencapai Rp 88 ribu per kilogram.GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA

RADAR MAGELANG – Pemprov DIJ mendorong para petani cabai untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dalam pola tanam. Hal ini untuk memodifikasi cuaca, merespons kenaikan harga cabai yang masih fluktuatif di wilayah Jogjakarta.

Sekprov DIJ Beny Suharsono mengatakan, salah satu faktor ketidakstabilan harga cabai adalah cuaca. Kekeringan masih terjadi, sehingga petani beralih ke pola tanam komoditas lain yang bisa beradaptasi dengan mudah di musim kemarau.

“Cabai itu masalahnya adalah ketika permintaan naik persediaan kita tidak memadai. Maka kemarin ada insiatif lelang cabai setahun sekali,” katanya Rabu (29/11).

Baca Juga: Jelang Nataru 20 Kamera Disebar di Penjuru Wilayah DIJ, Supaya Apa…

Beny menjelaskan upaya itu tidak membuat persediaan substain atau berkelanjutan. Sehingga dibutuhkan upaya lain agar tetap menjaga persediaan cabai berkelanjutan.

“Tapi petani bilang nggak mungkin, masak tanam cabai ketika musim hujan, kan ada teknologi,” lontarnya.
Menurutnya, selama ini pola tanam sejumlah komoditas di wilayah setempat masih mengikuti kemauan petani. Sehingga otomatis, kerap menimbulkan gejolak harga ketika pergantian musim. Karena terjadi persediaan pasokan yang tidak berkelanjutan.

Menurutnya, pola tanam memanfaatkan kemajuan teknologi itu sudah pernah dilakukan petani di Kabupaten Bantul. Salah satunya dengan memanfaatkan pertanian elektrifikasi atau electrifying agriculture pada lahan pasir untuk tanam bawang merah.

Baca Juga: Panahan DIJ Loloskan Enam Tim ke PON XXI, Tembus Semua Divisi Nomor Beregu

Percobaan ini diklaim cukup berhasil ketika masuk musim kemarau. Petani tak lagi pusing memikirkan kebutuhan air untuk pasokan tanaman. “Kemarin kita panen di Parangtritis itu kan tidak terkendala atas keringnya tanah,” sebutnya.

Namun pola tanam memanfaatkan kemajuan teknologi ini belum merata di semua petani DIJ. Kendalanya tak hanya di kalangan petani yang masih terpaku dengan sistem agraris. Namun juga pemerintah yang belum mampu meyakinkan, bahwa cuaca bisa dimodifikasi menggunakan teknologi.

“Itu harus diuji coba dengan segala keberhasilan dan kegagalan. Tanpa uji coba ya nggak bisa, dan ini akan terus begitu,” ucapnya.

Baca Juga: Harga Kedelai Tinggi Perajin Tempe DIJ Bakal Kurangi Ukuran, FTI : Perlu Edukasi Agar Bisnis Bisa Survive 

Sementara itu, pedagang sayur Pasar Beringjarjo Ida Chabibah mengatakan, kenaikan harga cabai ini terjadi sekitar dua bulan terakhir. Faktor cuaca yang menyebabkan harga cabai masih fluktuatif yang kini mencapai Rp 88 ribu per kilogram. “Kalau musim penghujan harga bisa makin melonjak lagi,” katanya.

Ida merinci harga cabai sempat tembus Rp 90 ribu per kilogram sejak Jumat (24/11). Kemudian turun diharga Rp 80 ribu per kilo pada Minggu (26/11). Akibatnya, Ida tidak berani berspekulasi dengan melakukan persediaan terlalu banyak. “Kalau satu kuintal ya sudah habis, kalau kurang nempil kancane kanan kiri,” jelasnya. (wia/eno)

Lainnya