Neutron Yogyakarta

Perbaikan Sistem Operasional Tekanan Air Bribin II Butuh Rp 45 M

Perbaikan Sistem Operasional Tekanan Air Bribin II Butuh Rp 45 M
RUSAK PARAH - Perwakilan BBWSO, Bupati Gunungkidul Sunaryanta beserta jajaran usai turun ke sungai bawah tanah sedalam 104 meter di Bribin II, Sindon, Dadapayu,Semanu Selasa (28/11).GUNAWAN/RADAR JOGJA

RADAR MAGELANG – Dibutuhkan anggaran besar untuk menghidupkan kembali teknologi Bendung Sungai Bawah Tanah Bribin II Sindon, Semanu. Dibtuuhkan anggaran perbaikan Rp 45 Miliar untuk perbaikan fasilitas yang berhenti operasional sejak 2017 itu karena rusak diterjang badai Cempaka.

Pemkab Gunungkidul berharap bisa kembali memanfaatkan pengelolaan air Bribin II Sindon ini. Sebab, jika kembali beroperasional dapat menyuplai wilayah Kapanewon Tepus, Girisubo, Rongkop, Semanu, dan Tanjungsari.

Untuk kepentingan ini, Selasa (28/11), Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO) dan Bupati Gunungkidul beserta jajaran melakukan pengecekan ke lokasi. Turun ke sungai bawah tanah sedalam 104 meter.

Baca Juga: Eli Susanto dari Fraksi Demokrat Dilantik, Gantikan Suyanto Yang Meninggal Dunia, Formasi Anggota DPRD Gunungkidul Lengkap

Usai turun ke perut bumi menggunakan lift, Bupati Gunungkidul Sunaryanta bercerita mengenai kondisi bendungan. Berdasarkan pengamatan, kata dia, terjadi kerusakan cukup fatal. Seperti sambungan pipa utama patah. “Pemicu kerusakan diduga akibat getaran, bukan karena air. Kerusakannya sangat luar biasa,” ujarnya.

Oleh sebab itu, pihaknya berkoordinasi dengan BBWSO untuk dilakukan upaya perbaikan. Diawali dengan pemetaan titik kerusakan untuk selanjutnya usulan redesain ulang agar dapat berfungsi kembali.”Saya akan ke Jakarta minggu ini. Salah satunya untuk ini meminta bantuan pemerintah,’’ jelasnya.

Satker OP SDA BBWSO Wardani mengatakan Bribin II sudah dilakukan review desain. Telah dikoordinasikan dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia.”Total hasil review desain yang dibutuhkan untuk perbaikan Rp 45 miliar,” kata Wardani.

Baca Juga: Terjadi Lagi, Dukuh di Gunungkidul Main Serong

Dijelaskannya, kerusakan bendungan bawah tanah cukup parah. Salah satunya jalur utama sehingga tidak berfungsi. Sehingga sistem pengangkatan air ke permukaan tanpa bantuan listrik tetapi energi turbin macet untuk sekian lama.”Sejak badai Cempaka (2017) sampai sekarang kan gak dioperasionalkan. Jadi semua perlu di cek ulang. Waktu kita kajian dibantu oleh Marinir,” ujarnya.

Direktur Utama PDAM Tirta Handayani Toto Sugiharto berharap Bribin II bisa segera diperbaiki. Sebab, Bribin II digunakan untuk mengairi Tepus, Rongkop, dan Girisubo. Tiga Kapanewon ini awalnya menggunakan dua sumber yakni Bribin I dan Sindon (Bribin II), namun sejak badai cempaka 2017 hanya tinggal satu yakni Bribin.”Satu sumber dengan 100 liter per detik dari Bribin I digunakan untuk sekitar 13.500 pelanggan. Kini minus produksi, pendistribusiannya ada penggiliran,” kata Toto.

Sebelumnya Bribin II menghasilkan air baku yang diangkat dengan debit 80-100 liter per detik. Dimanfaatkan oleh PDAM Gunungkidul untuk memasok kebutuhan sekitar 79.000 penduduk atau 6.000 KK. (gun/din)

Lainnya

Exit mobile version