Neutron Yogyakarta

Sudah Hujan, Status Darurat Kekeringan Diperpanjang, Karena Ketersediaan Air Tanah di Bantul Masih Kurang

Sudah Hujan, Status Darurat Kekeringan Diperpanjang, Karena Ketersediaan Air Tanah di Bantul Masih Kurang
NGEYUP: Penjual jajanan berkostum Power Ranger berteduh saat hujan mengguyur Jalan Magelang, kawasan Triharjo, Sleman, Rabu (29/11).GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA

RADAR MAGELANG – Meski sebagian wilayah sudah hujan, status darurat kekeringan akan diperpanjang hingga 31 Desember mendatang. Seharusnya akan berakhir Kamis (30/11). Hal ini disebabkan kekeringan masih terus terjadi dan air bersih masih terus disalurkan ke sejumlah wilayah.

Kepala Bidang Kedaruratan Logistik dan Peralatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Antoni Hutagaol menjelaskan, pertimbangan diperpanjangnya status darurat bencana kekeringan ini karena Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan hingga Desember situasi masih relatif kering. Pihaknya juga telah melaksanakan rapat dengan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) dan BMKG untuk memutuskan perpanjangan status siaga kekeringan. “Status perpanjangan akan kami ajukan ke bupati untuk disepakati diperpanjang satu bulan lagi,” ungkapnya kemarin (29/11).

Baca Juga: 31 Juta Liter Air Sudah Terdistribusi untuk Mengantisipasi Kekeringan di Jogjakarta

Dia menyebut, hujan dalam beberapa hari terakhir belum memberikan pengaruh lebih terhadap kondisi sumber mata air. Karena itu, distribusi air bersih masih menjadi langkah untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. “Hujannya cuma hujan pembukaan saja, masih masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan. Intensitas masih sedang atau di bawah normal,” ujarnya.
Berdasarkan data BPBD Bantul sejak 1 Juli hingga 27 November, ada 46.552 jiwa merasakan dampak kekeringan. Jumlah tersebut terdiri 11.769 keluarga dari 80 dusun yang berasal dari 25 kalurahan di 11 kapanewon.

Adapun jumlah air yang telah disalurkan ke wilayah terdampak kekeringan mencapai 9.685.000 liter air. “Masih ada masyarakat yang memohon untuk dropping air,” ucap Antoni.
Antoni mengatakan, pihaknya masih memiliki anggaran yang cukup untuk pendistribusian air bersih. Yakni sebanyak 44 tangki air bersih. Di luar itu juga masih ada stok air bersih dari donasi relawan. “Mudah-mudahan bisa sampai Desember agar kebutuhan masyarakat masih bisa kami penuhi,” harapnya.

Baca Juga: Ketersediaan Air Tanah Masih Kurang, Status Darurat Kekeringan di Bantul Diperpanjang

Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta Warjono menjelaskan, dari data BMKG, intensitas hujan memang sudah merata. Hanya saja ketersediaan air tanah masih kurang. Hal itu salah satunya disebabkan karena kurangnya serapan air hujan. “Status (darurat kekeringan, Red) diperpanjang dikarenakan kondisi air tanah yang belum mencukupi,” jelasnya. (tyo/eno)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)