Neutron Yogyakarta

Sudah Ada 128 Kasus DBD, Dinkes Sleman Belum Agendakan Fogging di Awal Musim Penghujan

Sudah Ada 128 Kasus DBD, Dinkes Sleman Belum Agendakan Fogging di Awal Musim Penghujan
Ilustrasi kegiatan Fogging. (FOTO GUNAWAN/RADAR JOGJA)

RADAR MAGELANG – Memasuki musim penghujan seperti sekarang potensi perkembangbiakan nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) diprediksi meningkat.

Walaupun demikian, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman belum berencana melakukan upaya fogging atau pengasapan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sleman Khamidah Yuliati mengatakan, pihaknya sampai saat ini memang belum mengagendakan kegiatan pemberantasan nyamuk dengan metode fogging.

Lantaran, belum ada indikasi atau dasar kegiatan tersebut perlu dilakukan.

“Jika ada seusai indikasi, fogging baru dilakukan sesuai protap (prosedur tetap) dan SOP yang berlaku,” ujar Yuli sapaan akrabnya kepada Radar Jogja, Jumat (1/12).

Baca Juga: Kabar Duka, Artis Kiki Fatmala Meninggal Dunia di Usia 56 Tahun Karena Komplikasi Akibat Kanker

Terkait dengan upaya pencegahan DBD memasuki musim penghujan seperti sekarang.

Yuli menyatakan, bahwa pihaknya bakal lebih mengoptimalkan peran kader jumantik melalui program Satu Rumah Satu Jumantik.

Yang dimana, para kader itu nantinya akan melakukan berbagai kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Sementara untuk jumlah kasus DBD di Sleman, Dinas Kesehatan mencatat dari bulan Januari hingga Oktober jumlahnya sudah mencapai 128 kasus.

Dari ratusan kasus itu satu orang diketahui meninggal dunia karena memiliki komorbid berupa penyakit Diabetes Melitus (DM).

“Untuk data (kasus DBD) di bulan November belum te-rekap,” terang Yuli.

Baca Juga: Trailer Siksa Neraka Rilis, Penonton Siap Dibuat Ngilu dan Merinding

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Sleman Cahya Purnama meminta, agar masyarakat waspada penyebaran berbagai penyakit pada peralihan musim dari kemarau ke penghujan.

Karena kondisi udara yang hangat dapat membuat bakteri dan virus mudah berkembang biak.

Cahya menyebut, pada masa pancaroba seperti sekarang potensi penyakit pernapasan seperti batuk, pilek dan flu akan mudah menjangkiti masyarakat.

Bahkan menurutnya juga sudah ada peningkatan pasien di puskesmas hingga 20 persen dibandingkan sebelum pancaroba.

Selain penyakit pernapasan, dia juga menghimbau agar masyarakat mulai mewaspadai penyakit seperti DBD dan leptospirosis.

Karena pada musim penghujan, ada kemungkinan kedua penyakit tersebut bakal lebih mudah tersebar.

Baca Juga: Ini 5 Lokasi Wisata Dekat Malioboro Yang Wajib Dikunjungi

“Yang paling pertama muncul itu adalah penyakit batuk pilek, kemudian nanti baru penyakit-penyakit yang bersumber vektor yang lain seperti nyamuk dan leptospirosis,” ungkap Cahya. (inu/bah)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)