RADAR MAGELANG – Produksi industri tekstil di wilayah DIJ sepanjang 2023 masih fluktuatif. Namun para pelaku usaha tekstil percaya, potensi tekstil akan bertahan. Terutama ditopang dorongan dari market lokal yang didominasi oleh kalangan muda.
Ketua Badan Pengurus Provinsi Asosiasi Pertekstilan Indonesia (BPP API) DIJ Iwan Susanto mengatakan, market lokal memiliki potensi yang besar berdasarkan jumlah populasi yang ada. “Populasi atau SDM kita besar, itu harus kita pegang, termasuk anak-anak mudanya,” katanya Minggu (3/12/2023).
Iwan menilai, dukungan generasi milenial hanya dari populasi. Namun dari segi daya beli mereka yang cukup besar dan dominan. Hanya saja, memang perlu ada strategi dan sinergi kolektif untuk bisa menjaga market tersebut.
Baca Juga: Industri Tekstil di DIJ Lesu
Disebutnya, sinergi hingga kebijakan perlu ditegakkan pemerintah. Salah satunya adalah pembatasan barang tekstil impor yang masuk ke Indonesia. Sebab bal itu akan memengaruhi dinamika dan perputaran industri tekstil lokal.
“Barang impor harus diatur, apalagi konteksnya barang bekas, itu mengancam industri tekstil lokal,” keluhnya.
Jika aturan dan regulasi tersebut bisa dilakukan dengan baik, Iwan optimistis bahwa keberlanjutan industri tekstil lokal bisa terjaga. Keyakinan tersebut ditambah juga dengan banyaknya SDM kreatif, hingga produk-produk lokal yang diakuinya cukup berkualitas.
“Desain, SDM sampai produk kita berdaya saing. Kita optimalkan lokal dulu, karena untuk eskpor sekarang sedang sulit,” lontarnya.
Baca Juga: Predatory Pricing Ancam Industri Tekstil di Jawa Barat, Pemerintah Siap Benahi
Terpisah, selaku distributor digital printing, Kepala Cabang Wujud Unggul Area Jogja Jateng Tommy Handoko menyebut, industri kreatif termasuk tekstil di Jogja digandrungi anak-anak muda. Terbukti dari banyaknya mesin dan alat printing yang terjual untuk kebutuhan tekstil yang permintaannya terus bertambah di wilayah DIJ. “Pemainnya makin banyak untuk printing tekstil, mulai dari jersey, seragam, hingga hijab,” ungkapnya.
Secara demografi, para pemain atau pelaku industri tekstil kini juga banyak datang dari anak-anak muda rentang usia 20-25 tahun.
Fenomena tersebut terjadi karena banyak anak-anak muda yang kian adaptif dan memiliki kemampuan. Mulai dari desain, edit, hingga produksi dan pemasaran.
“Anak-anak muda itu jago-jago,” tandasnya. (iza/eno)