Neutron Yogyakarta

Ada 134 Penderita HIV/AIDS, Dinkes Bantul Gencarkan Screening dan Tambah Faskes

Ada 134 Penderita HIV/AIDS, Dinkes Bantul Gencarkan Screening dan Tambah Faskes
Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinkes Bantul, Feranose Panjuantiningrum.(Gregorius Bramantyo/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul mencatat hingga November 2023, ada 134 penderita human immunodeficiency virus (HIV)/acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Guna meningkatkan temuan penderita HIV/AIDS, Dinkes Bantul menggencarkan screening pada populasi yang berisiko.

Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinkes Bantul Feranose Panjuantiningrum merinci, kasus yang ada merupakan 97 penderita HIV dan AIDS 37 orang. Namun jumlah ini turun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 160 orang. Dengan 52 penderita AIDS dari screening kepada 17 ribu orang.

Saat ini, Dinkes Bantul juga telah melakukan screening kepada beberapa populasi berisiko terpapar HIV/AIDS. Seperti ibu hamil, penderita tuberculosis (TBC), dan penderita penyakit menular seksual (PMS). “Kalau yang populasi kunci jelas sudah ada mobile visit secara rutin oleh puskesmas bersama dengan desa kalurahan setempat,” kata Fera, sapannya, Minggu (3/12/2023).

Baca Juga: 18 Puskesmas di Kota Jogja Siap Berikan Penanganan, Sampai September, Temukan 83 Kasus Baru HIV /AIDS

Saat ini, seluruh ibu hamil di Kabupaten Bantul menjalani screening HIV AIDS. Sementara masih ada beberapa penderita TBC yang akan menjalani screening dalam waktu dekat. “Penderita TBC belum 100 persen di-screening, terutama anak-anak. Namun sebagian besar sudah kami cek,” beber Fera.

Menurutnya, bagi masyarakat yang reaktif terhadap HIV AIDS dapat melakukan pemeriksaan di setiap puskesmas yang ada di Kabupaten Bantul. Saat ini, diagnosa HIV/AIDS dapat dilakukan di setiap puskesmas.

Selain itu, Dinkes Bantul pada 2023 juga menambah jumlah layanan Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan (PDP) untuk pengidap HIV/AIDS di fasilitas kesehatan (faskes) setempat. Layanan PDP tersebut bertambah dari yang sebelumnya 16 faskes menjadi 27 faskes. “Pada 2022 ada 16 faskes terdiri dari tiga rumah sakit dan 13 puskesmas. Sedangkan 2023 ada 27 faskes, terdiri dari enam rumah sakit dan 21 puskesmas,” ungkapnya.

Baca Juga: Imbau Berhenti Diskriminasi Penyitas HIV/AIDS

Fera mengatakan, layanan PDP tersebut tidak hanya memberikan pengobatan untuk pengidap HIV/AIDS saja. Namun juga layanan konseling pasangan dan anak pasien. Nantinya, pasien yang terjaring screening dan hasil tesnya reaktif akan dirujuk ke PDP tersebut. “Baik di puskesmas maupun rumah sakit untuk selanjutnya diberi pengobatan,” katanya.

Di sisi lain, Pemkab Bantul sendiri berencana menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) penanggulangan HIV/AIDS. Langkah strategis itu akan tercantum dalam RAD yang di dalamnya ada pembagian peran organisasi perangkat derah sesuai tugasnya masing-masing. “Kami adaptasikan dengan kebutuhan kita di Bantul. Insyaallah tahun depan (RAD, Red) mudah-mudahan sudah keluar,” jelas alumnus Fakultas Kedokteran UNS ini. (tyo/eno)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)

Exit mobile version