Neutron Yogyakarta

Awal Musim Hujan, Petani Terancam Gagal Panen

Awal Musim Hujan, Petani Terancam Gagal Panen
TUMPANGSARI: Para petani yang menggunakan sistem tumpang sari di Gunungkidul tidak bisa mengoptimalkan lahannya akibat hama ulat dan serangan monyet ekor panjang. (Gunawan/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG – Awal musim penghujan petani di Suru, Kemadang, Tanjungsari terancam gagal panen. Penyebabnya bukan hanya kurang air, tapi tanaman sistem tumpang sari juga diserang hama.

Seperti diungkapkan seorang petani Karti. Ibu satu anak ini sekitar dua minggu lalu optimalisasi lahan dengan cara tumpangsari. Menanam kacang, ketela dan padi dalam satu lahan pada musim tanam tahun ini mengkhawatirkan.”Tanaman sudah mulai tumbuh, tapi kalau dalam dua pekan ke depan tidak hujan bisa mati,” kata Karti Senin (4/12).

Menurutnya tanda-tanda tanaman terancam gagal panen sudah terlihat. Terlihat layu dan mengering. Hujan gerimis yang turun dalam beberapa hari ini sedikit membantu pertumbuhan tanaman.”Muncul masalah lain yakni, hama,” ujarnya.

Ibarat tanaman hidup segan mati tak mau, datang serangan ulat dan kera ekor panjang. Hama tersebut muncul dan merusak tanaman. Untuk jenis ulat, warga setempat menamainya uler ceting.”Warnanya hijau lembut memakan pupus (bagian pucuk daun),” ungkapnya.

Belum mereda, datang kawanan kera ekor panjang. Hewan primata muncul bergerombol dari atas bukit menuju lahan pertanian. Tanaman bagian akar dikeruk tidak beraturan. Saat dikejar lari tunggang langgang dan datang lagi.”Tidak hanya saya yang mengalami kendala musim tanam kali ini, petani lain juga sama,” jelasnya.

Bagi petani, kondisi musim sekarang sangat menyedihkan. Hujan tidak menentu dan munculnya serangan hama menjadi ancaman serius. Bisa gagal panen dan semakin memperburuk perekonomian masyarakat.”Petani adalah mata pencaharian pokok saya, di waktu lain jualan di kawasan Pantai Kukup,” ungkapnya. (gun/din)

Lainnya

Exit mobile version