Neutron Yogyakarta

Simantap Sejagat, Inovasi Penanganan ODGJ Puskesmas Kasihan II Bantul Raih Penghargaan KemenPANRB

Simantap Sejagat, Inovasi Penanganan ODGJ Puskesmas Kasihan II Bantul Raih Penghargaan KemenPANRB
RAIH PENGHARGAAN Bupati Bantul Abdul Halim Muslih (tengah) didampingi Kepala Dinas Kesehatan Bantul Agus Tri Widiyantara (kiri) dan staf Puskesmas Kasihan II Siti Mulyani (kanan) saat menunjukkan penghargaan atas inivasi Simantap Sejagat dan Gelimasjiwo di kantor Bupati Bantul Senin (4/12). (Gregorius Bramantyo/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG – Salah satu inovasi dari perawat Puskesmas Kasihan II Kabupaten Bantul berhasil meraih penghargaan Outstanding Achievement of Public Service Innovation 2023 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB). Penghargaan itu diberikan atas capaian kinerja dari Simantap Sejagat, yang merupakan akronim Sistem Manajemen Terpadu Kesehatan Jiwa Jaga Masyarakat.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan, pada 2021, inovasi Gerakan Peduli Masyarakat Kesehatan Jiwa (Gelimasjiwo) masuk top 45 inovasi skala nasional. Kemudian inovasi tersebut direplikasi menjadi Simantap Sejagat oleh para tenaga kesehatan di Puskesmas Kasihan II. “Harapannya tentu agar Kabupaten Bantul memiliki sistem penanganan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) yang lebih tertata, sistematik, dan sesuai standar prosedur yang telah ditetapkan,” katanya kepada wartawan Senin (4/12).

Inovasi Gelimasjiwo sebelumnya telah direplikasi di 14 Puskesmas dari 27 Puskesmas yang ada di Kabupaten Bantul. Ketika inovasi ini ditingkatkan menjadi Simantap Sejagat, ranah penanganan ODGJ tak hanya menjadi urusan puskesmas saja. Namun naik ke tingkat kabupaten.

Halim menjelaskan, penanganan ODGJ tidak bisa jika hanya dikerjakan oleh dinas kesehatan saja. Dibutuhkan sinergi dari berbagai pihak untuk masuk ke ranah tersebut. Misalnya ada ODGJ yang kambuh lalu mengamuk dan membawa senjata tajam. Tentu puskesmas membutuhkan bantuan linmas atau bahkan polsek hingga koramil. “Penyembuhan ODGJ ini jauh lebih rumit daripada menyembuhkan fisik. Karena dalam promosi kesehatan yang kami lakukan, tidak hanya menyembuhkan pasien, tapi juga menyembuhkan stigma negatif masyarakat terhadap ODGJ,” sebut Halim.

Sementara itu, penggagas Simantap Sejagat Siti Mulyani mengatakan, stigma ODGJ di masyarakat harus ditekan sedemikian rupa. Sebab sikap lingkungan sekitar terhadap ODGJ sangat berpengaruh pada proses pemulihan ODGJ itu sendiri.

Dia menyebut, tugas besar bagi masyarakat selain membuat ODGJ pulih, yakni juga menghapus stigma masyarakat. Jangan sampai ODGJ mendapat perlakuan buruk terus menerus. “Mereka bisa pulih kok. Banyak di tempat kami yang akhirnya ODGJ ini pulih, dapat beraktivitas kembali di tengah masyarakat. Bahkan ada yang menikah dan bekerja,” tuturnya.

Siti menambahkan, Simantap Sejagat tak hanya melatih para kader untuk dapat mengidentifikasi dan memetakan ODGJ di tiap wilayah. Tetapi hingga proses pasca rehabilitasi. Melalui Simantap Sejagat, ODGJ yang telah melewati proses rehabilitasi akan diberi bekal kemampuan sesuai minat dan bakat agar dapat berbaur di masyarakat. “Selain itu, dengan jargon ‘Pemberdayaan Untuk Orang Yang Tidak Berdaya’, Simantap Sejagat terus berupaya agar penanganan ODGJ dapat diakses dengan mudah, dekat, dan murah,” tandasnya. (tyo/eno)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)