Neutron Yogyakarta

PSS Lebih Condong Homebase di Stadion Sultan Agung

PSS Lebih Condong Homebase di Stadion Sultan Agung
MEGAH: Warga beraktivitas di kompleks Maguwoharjo Internasional Stadium (MagIS). Mulai 15 Desember mendatang, MagIS akan direnovasi. Selama renovasi itu, MagIS steril dari segala aktifitas. Termasuk untuk kegiatan olahraga yang berkaitan dengan PSS Sleman.Elang Kharisma Dewangga/Radar Jogja

RADAR MAGELANG – PSS Sleman belum menentukan akan pindah homebase sementara saat Maguwoharjo Internasional Stadium (MagIS) direnovasi mulai 15 Desember mendatang. Event Manager PSS Sleman Rangga Rudwino mengaku ada dua opsi stadion yang sudah dibidik, yaitu Stadion Sultan Agung (SSA), Bantul dan Stadion Manahan, Solo. ” Cuman kami masih sowan-sowan dulu. Kami masih belum ada kepastian,” ujarnya saat dihubungi Radar Jogja, Selasa (5/120.

Namun Rangga juga mengatakan, dari dua stadion tersebut, kemungkinan besar yang akan yang menjadi kandang PSS Sleman adalah Stadion Sultan Agung (SSA), Bantul.”Tapi kami belum mengambil keputusan. Karena kami masih menjajaki dua-duanya, ” katanya.

Renovasi MagIS bakal dilakukan selama sepuluh bulan.Atau dijadwalkan mulai 15 Desember 2023 sampai dengan 31 Oktober 2024 mendatang.Dan selama renovasi itu, maka kandang skuad tim Elang Jawa itu harus steril dari segala aktifitas. Termasuk untuk kegiatan olahraga yang berkaitan dengan tim sepak bola PSS Sleman. Seperti latihan maupun pertandingan.

Baca Juga: PSS Sleman Lebih Condong Berkandang di Stadion Sultan Agung *Alternatifnya di Stadion Manahan Solo, selama Maguwoharjo Direnovasi

Seperti yang telah kita ketahui, perbaikan MagIS itu juga mendapat dukungan pemerintah pusat. Yakni dengan kucuran anggaran Rp 124 Miliar. Hal itu disebabkan, karena Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) memasukkan  MagIS sebagai salah satu dari 19 stadion di Indonesia yang mendapat perbaikan.

“Saat ini kami belum mengeluarkan pastinya akan pindah ke mana. Tapi yang pasti kalau ada keputusan segera kami kabari,” jelas Rangga.

Rangga berpesan, jika PSS Sleman sudah pasti pindah kandang, semua pihak termasuk para suporter dan manajemen agar bisa mematuhi aturan yang berlaku di stadion yang akan ditempati mendatang.

“Ya nanti di mana kami berkandang kami kan harus menghormati tempatnya. Karena itu kan bukan Sleman. Bukan kota kami,” tegasnya.

Baca Juga: Momentum Kebangkitan PSS Terhenti Lagi, Kalah dari PSIS, Ditambah Noda Kisruh Antarsuporter

Rangga juga berharap agar proses renovasi MagIS berjalan dengan baik dan lancar. Setelah renovasi semoga stadion bisa menjadi lebih bagus lagi.” Semoga bisa kami pergunakan dengan baik lagi,” tandasnya. (ayu/din).

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)