Neutron Yogyakarta

Gibran Dirujak Netizen Salah Sebut Asam Folat Jadi Asam Sulfat untuk Ibu Hamil, Ini Penjelasan Pakar Gizi

Gibran Dirujak Netizen Salah Sebut Asam Folat Jadi Asam Sulfat untuk Ibu Hamil, Ini Penjelasan Pakar Gizi
Rektor Universitas Alma Ata Jogja yang juga ahli gizi, Prof Hamam Hadi.Wulan Yanuarwati/Radar Jogja

RADAR MAGELANG – Calon Wakil Presiden (Cawapres) Gibran Rakabuming Raka dirujak netizen karena salah menyebut asam folat bagi ibu hamil malah menjadi asam sulfat. Anak Presiden Joko Widodo ini bahkan diketahui dua kali salah sebut.

Gibran salah sebut saat menghadiri diskusi ekonomi kreatif di Jakarta Selatan dan Pondok Pesantren Asshiddiqqiyah di Batu Ceper, Tangerang, Banten belum lama ini. Pasangan Capres Prabowo Subianto ini diketahui sudah meminta maaf.

Rektor Universitas Alma Ata Jogja yang juga merupakan ahli gizi, Prof Hamam Hadi saat dimintai keterangan mengatakan asam folat dan asam sulfat merupakan dua hal yang sangat berbeda.

“Asam sulfat itu beda sekali dengan asam folat. Asam sulfat bisa gosong itu mulut, pencernaannya (kalau dikonsumsi, Red). Tapi asam folat itu bentuknya (bisa) tablet diberikan pada terutama wanita reproduktif khususnya ibu hamil,” ujar lulusan Universitas Johns Hopkins Amerika Serikat itu, Rabu (6/12/2023).

Baca Juga: Asam Sulfat vs. Asam Folat: Anies Baswedan Sindir Gibran, ‘Asam Folat dari Tanaman, Bukan dari Bengkel’

Asam sulfat merupakan asam mineral yang sangat kuat. Dan biasanya digunakan sebagai salah satu produk industri kimia. Sedangkan asam folat merupakan kandungan yang terdapat pada buah dan sayur. Memiliki fungsi gizi yang sangat baik bagi tubuh manusia.

“Asam folat itu salah satu zat gizi yang dibutuhkan oleh manusia, khususnya diberikan bagi kaum ibu, khususnya lagi ibu hamil atau remaja puteri” ujarnya.

Hamam menyebut tujuan konsumsi asam folat bagi perempuan dalam rangka mencegah anemia. Sebab, prevalensinya anemia sangat tinggi pada perempuan Indonesia khususnya ibu hamil dan remaja puteri.

Oleh karena itu sebagai pencegahan supaya tidak anemia, maka Kementerian Kesehatan memiliki program agar sejak awal ibu hamil mendapat tablet zat besi dan asam folat.

Baca Juga: Pakar UI Nilai Paslon Prabowo-Gibran sedang Membangun Political Clan Bukan Dinasti Politik

“Dikonsumsi sejak awal. Bahkan direkomendasikan remaja puteri meski belum hamil karena rawan anemia,” ujarnya.

Lebih lanjut Hamam mengatakan pemerintah menaruh perhatian besar terhadap hal itu karena berkaitan dengan stunting. Ibu hamil yang mengalami anemia berisiko tinggi melahirkan bayi dengan stunting.

“Nah, bayi yang berat badan kurang semestinya bayi ini, tinggi risikonya tumbuh menjadi anak stunting,” tambahnya.

Stunting merupakan kondisi gangguan tumbuh kembang anak akibat kekurangan gizi kronis. Ditandai dengan panjang dan berat badan di bawah standar. Kondisi stunting sangat penting karena memiliki efek jangka pendek maupun panjang.

Baca Juga: Hadiri Peresmian Posko Juang Prabowo-Gibran, Yuni Astuti: Gaspol Menang Satu Putaran

“Jangka pendek, anak gampang sakit dan kalau sakit-sakitan gampang mati. Jadi risiko sakit dan mati pada bayi tinggi. Jangka panjangnya anak stunting punya dampak negatif jangka panjang, kemampuan belajar rendah, kemampuan dan produktifitas rendah dan sampai dewasa,” jelasnya.

Hal yang lebih serius, dikatakan Hamam adalah anak dengan stunting maka saat dewasa memiliki risiko tinggi terhadap kekebalan tubuh. Termasuk gampang sakit tidak menular dan risiko kematian tinggi. Singkatnya, kondisi stunting berimbah pada masa depan sumber daya manusia Indonesia di masa datang.

“Kalau dewasa gampang sakit tidak menular seperti sakit jantung, stroke, diabetes melitus, hipertensi dan sebagainya. Itu kalau stunting,” ujarnya. (lan/laz)

Lainnya