RADAR MAGELANG – Luas tanam padi di Gunungkidul pada musim tanam (MT) pertama tahun ini terus bertambah. Hujan yang mulai sering turun menyemangati petani untuk mengolah lahan dan menebus pupuk subsidi.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Gunungkidul Raharjo Yuwono mengatakan, berdasarkan data terbaru luas tanam padi bertambah. Sebelumnya ditarget seluas 48 hektare. Terdiri dari 41 ribu hektare lahan kering dan 7863 hektare lahan sawah. “Laporan per November luas tanam padi 9.409 hektare, jagung 10.422 hektare dan kedelai 8 hektare,” kata Raharja Yuwono Kamis (7/12/2023).
Pihaknya optimis, nilai produksi pertanian juga mencapai target atau surplus. Sebagai gambaran, selama ini komoditas padi per tahun tercapai hampir 300 ribu ton gabah kering giling (GKG). Menurut prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan mencapai 70 mm sampai 100 mm. “Bulan ini diprediksi merata dan bisa sampai 150 mm sampai 300 mm,” ungkapnya.
Baca Juga: Peningkatan Angka Nasional Kasus Covid-19 Menjadi Perhatian Pemkab Gunungkidul
Selain komoditas tanaman padi, petani juga menanam jagung pada MT pertama ini. Dia menargetkan luas tanam sekitar 26 ribu hektare pada masa tanam pertama dan 20 ribuan hektare masa tanam kedua. Untuk tanaman kedelai ditargetkan sekitar 5 ribu hektare.
Disinggung mengenai alokasi pupuk bersubsidi, diakui ada peningkatan. Data terbaru serapan pupuk atau realisasi penyaluran pupuk bersubsidi sampai dengan bulan November 2023.
Urea terserap sebanyak 12.651,124 ton dari 23.534 ton atau 54 persen, NPK Phonska sebanyak 7.917,743 ton dari 12.102 ton atau 65 persen dan NPK Formula Khusus masih belum ada realisasi. “Sejauh ini belum ada laporan adanya serangan hama,” ucapnya.
Baca Juga: Keluarga Jadi Filter Pencegahan Korupsi, KPK Selenggarakan Bimtek di Kabupaten Gunungkidul
Sementara itu, seorang petani warga Suru, Kemadang, Tanjungsari Karti mengaku resah dengan serangan ulat dan kera ekor panjang.Tanaman sistem tumpang sari rusak dan terancam gagal panen. “Kalau mati semua ya terpaksa kita tanami lagi,” kata Karti.
Sebagaimana diketahui, bagi petani di wilayah pesisir dikenal memiliki tradisi ngawu-awu atau mengolah lahan sebelum hujan datang. Selama ini mereka sering mengalami gagal panen. Belum cukup umur tanaman mati, kemudian ditanami lagi. (gun/din)