RADAR MAGELANG – Menyandang keterbatasan fisik tidak menyurutkan semangat Basuki untuk berkarya. Pria 48 tahun ini mengembangkan Bengkel Sahabat Difabel yang memodifikasi kendaraan roda tiga untuk sesama disabilitas. Dia juga menerima jasa reparasi kursi roda tiga bagi penyandang disabilitas.
Usaha pembuatan motor roda tiga dan perbaikan kursi roda tersebut bertempat di Dusun Ngaglik, Patalan, Jetis, Bantul. Bengkel itu dikelola oleh Forum Peduli Difabel Bantul (FPDB). Basuki mengatakan, dirinya sudah tiga tahun menjalani profesi tersebut. Yakni membantu memperbaiki dan membuat sespan atau bak tambahan di sisi kanan atau kiri sepeda motor bersama teman-temannya. “Kadang juga ada yang minta tolong untuk memperbaiki kursi roda, tongkat, dan alat bantu jalan ke tempat kami,” katanya Jumat (8/12).
Semua itu dia kerjakan bersama dua rekannya yang juga memiliki keterbatasan fisik. Mereka mengerjakannya setiap hari. Sejak pagi hingga sore hari. Dalam sebulan, bengkel tersebut bisa menerima empat sampai tujuh pemesanan untuk memperbaiki maupun membuat alat bantu disabilitas.
Pembuatan sespan kendaraan roda dua sendiri bisa memakan waktu paling lama tiga hingga empat minggu. Dengan harga mulai dari Rp 4,5 juta. Untuk sespan kendaraan roda dua bisa dipesan sesuai dengan keinginan pengguna. Baik ukuran atau desainnya. “Ada yang jenisnya sespan samping, motor roda tiga dan pindah stang. Ada yang request sespan cuma diisi bangku saja, ada juga yang minta biar kursi roda bisa masuk ke sespan,” ujar Basuki.
Basuki mengakui, tidak memiliki latar belakang dalam dunia teknik, otomotif, atau perbengkelan. Justru pendidikannya di bidang elektronik. Namun, dia belajar bersama seorang rekannya yang juga menjadi teknisi di FPDB untuk memperbaiki alat kebutuhan teman-teman disabilitas. “Tapi kadang saya belajar sendiri untuk memperbaiki alat-alat kebutuhan teman-teman disabilitas,” ucapnya.
Dia menyebut, bengkel FPDB berdiri lantaran banyaknya teman-teman difabel yang mengalami kebingungan. Karena alat bantu atau kursi rodanya mengalami kerusakan. Kemudian ada salah satu teman difabel yang berinisiatif untuk membantu memperbaikinya. Dari situ, kemudian teman-teman ada inisiatif untuk mendirikan FPDB sekitar tahun 2015. Alhamdulillah ramai terus, sampai saat masih ada pelanggan,” jelasnya.
Basuki mengatakan, saat awal berdiri FPDB hanya ada empat orang teman-teman disabilitas. Seiring berjalannya waktu, empat orang tersebut sudah tidak lagi terlibat di FPDB. Kemudian pada 2020, FPDB diteruskan oleh Basuki dan rekan-rekannya yang lain. “Sekarang ada tiga personel lain yang menjalankan FPDB dan membantu memperbaiki kebutuhan teman-teman difabel, termasuk saya,” bebernya.
Dengan kegiatan jasa yang dia lakukan ini, Basuki berharap dapat terus membantu sesama penyandang disabilitas. Agar dapat memudahkan mereka dalam beraktivitas sehari-hari. (tyo/eno)