Neutron Yogyakarta

Jumlah Petani Gurem di Bantul Meningkat Tiap Tahun

Jumlah Petani Gurem di Bantul Meningkat Tiap Tahun
TELATEN: Petani sedang menyiram tanaman di lahannya di wilayah Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. (Gregorius Bramantyo/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul mencatat jumlah petani gurem di Kabupaten Bantul mencapai 97 ribu orang.

Jumlah petani gurem di Bantul terus meningkat setiap tahunnya karena sejumlah faktor.

Kepala DKPP Bantul Joko Waluyo mengatakan, di Bantul memang didominasi oleh petani gurem. Ia memperkirakan, faktor meningkatnya jumlah petani gurem di Bantul karena pembagian tanah sebagai harta warisan kepada anak cucu petani.

“Lalu, juga alih fungsi lahan pertanian yang luasannya sudah kecil,” ujarnya, Jumat (8/12).

Baca Juga: Bangga ! Bromo Dinobatkan Menjadi Taman Nasional Tercantik di Dunia

Menurutnya, apabila petani mewariskan tanah pertanian kepada anak-anaknya, maka akan ada pembagian lahan dengan luasan lebih kecil. Sehingga jumlah petani gurem menjadi bertambah.

“Alih fungsi lahan juga, kalau dibagi untuk waris keluarga, pemanfaatannya biasanya bukan hanya untuk pertanian, tapi membangun tempat tinggal juga,” jelas Joko.

Meski demikian, menurutnya, hasil pertanian yang ada di Kabupaten Bantul masih dapat mencukupi kebutuhan masyarakat Bantul. Hal ini karena umumnya hasil pertanian di wilayah Bantul digunakan untuk stok makan sendiri.

Baca Juga: Momentum Nataru Bersamaan Masa Kampanye, Dispar DIY Targetkan 800 Ribu Wisatawan

Terlebih, Pemkab Bantul melalui DKPP juga berupaya agar adanya intensifikasi lahan pertanian untuk memastikan produksi pertanian meningkat. Meskipun dilakukan di lahan pertanian dengan luasan kecil.

Penanaman intensifikasi yang dilakukan yakni dengan pola tanam indeks pertanaman (IP) 400 untuk sawah.

Melalui IP 400, lahan sawah diupayakan dapat digarap dengan umur pendek. Sehingga bisa menanam padi dalam frekuensi lebih sering dalam setahun.

“IP 400 dengan umur pendek bisa menanam padi empat kali dalam setahun, otomatis meningkatkan produksi,” kata Joko.

Ia menjelaskan, inovasi intensifikasi ini juga dapat disesuaikan dengan jenis tanahnya. Untuk lahan marginal, dapat dilakukan tumpang sari dengan bergantian menanam palawija.

“Jadi, mengintensifkan tanah yang ada, misalnya jagung dengan kacang kedelai, atau cabai dengan tanaman hortikultura lainnya,” imbuhnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, dalam Sensus Pertanian 2023, jumlah petani gurem di Indonesia meningkat 18,54 persen menjadi 16,89 juta Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP).

Baca Juga: Sulit Diberantas, Politik Uang Jelang Pemilu Sudah Budaya, Begini Menyikapinya..

Saat ini Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi provinsi dengan jumlah petani gurem terbanyak di Indonesia. BPS mencatat dari total petani yang ada di DIY, sebanyak 87,75 persen memiliki tempat tinggal atau menggarap lahan seluas kurang dari 0,5 hektare.

Di Pulau Jawa sendiri, petani gurem paling banyak ditemui di DIY yang mencapai 87,75 persen. Meskipun tergolong tinggi, angka tersebut tercatat turun 13,91 persen dibandingkan dengan sensus sebelumnya.

“Untuk di Jawa, yang paling tinggi petani gurem ini ada di Yogyakarta. Karena petani gurem ini ada kaitannya dengan lahan. Tentunya kami paham kalau di Jawa mungkin yang lahannya sempit salah satunya di Yogyakarta. Nah, di Yogyakarta ini hampir 88 persen adalah petani gurem,” ujar Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto dalam paparan Hasil Pencacahan Lengkap Sensus Pertanian 2023 Tahap 1, Senin (4/12). (tyo/amd)

Lainnya