Neutron Yogyakarta

Peyek Laron Jadi Menu Limited Edition saat Musim Penghujan

Peyek Laron Jadi Menu Limited Edition saat Musim Penghujan
INFO GRAFIS: HERPRI KARTUN

RADAR MAGELANG – Laron adalah hewan sejenis rayap bersayap. Muncul saat musim hujan, jumlahnya sangat banyak. Dulu, tak sedikit masyakarat yang menjadikan laron sebagai masakan. Salah satunya berupa camilan peyek laron.

Seorang warga Baleharjo, Wonosari, Bayu Prihartanto mengaku penggemar berat peyek laron. Hujan yang turun dalam beberapa pekan terakhir, banyak laron keluar dari sarang. “Pagi hari buka pintu, teras rumah penuh laron,” katanya.

Dianggap makanan ekstrem bagi sebagian orang lain, namun tidak bagi Bayu tidak. Menurutnya, laron kaya nutrisi sehingga cukup baik untuk dikonsumsi seperti serangga lainnya. “Dari zaman simbah sampai saya, suka peyek laron,” ujarnya.

Baca juga: https://www.koranmagelangdigital.id/sosok/2023/09/29/sarana-nostalgia-edukasi-dan-membangkitkan-memori/

Laron merupakan rayap jantan dan betina yang sudah matang. Rayap mempunyai sayap ketika memasuki usia matang untuk melakukan reproduksi membentuk koloni baru. Rayap jantan dan betina bersayap, biasanya keluar di awal musim penghujan. Sehingga kemunculan laron dikaitkan dengan pertanda awal musim penghujan.

Dia jadi ingat kali pertama makan laron tapi bukan peyek, melainkan bothok laron. Rasanya sangat khas, terasa asing ketika masuk ke mulut dan perut.

“Aneh rasanya, tapi sangat enak,” ujarnya. Ingin menjajal varian baru, dibuatlah peyek laron. Tidak sulit membuat peyek laron, karena bahan-bahan yang digunakan cukup simpel.

Dari zaman dulu mengumpulkan hewan laron, cukup mudah terutama saat musim hujan. Warga meletakkan ‘dian’ atau lampu teplok di tengah baskom kosong maupun samping baskom berisi air. “Penerangan lain dimatikan agar laron hanya berkumpul di satu lampu itu,” terangnya.

Setelah laron-laron terkumpul, barulah laron-laron dipisahkan dari sayapnya kemudian diinteri (diletakkan di atas tampah, diputar-putar). Setelah bersih laron tersebut dimasak. “Siapkan adonan tepung, bumbu dapur seperti bawang putih, sedikit merica, garam dan penyedap rasa,” ucapnya.

Diaduk merata dan tinggal digoreng, maka jadilah peyek laron. Dihidangkan di atas piring, ditemani secangkir teh maupun kopi kental. Sambil ngobrol dengan tetangga, keluarga menikmati rasa ‘kriuk’ renyah peyek laron.

“Laron bisa diolah dengan berbagai cara. Mulai digoreng dengan telur, dijadikan bothok, dan yang paling saya suka adalah peyek laron,” terangnya.

Kesukaan makan peyek laron saat kecil dulu juga diungkapkan warga Sleman, Ali Anwar. Ia begitu ingat zaman SD dulu sering mencari laron saat pagi hari usai turun hujan. Setelah banyak didapat, laron kemudian digoreng dengan dicampur tepung.

“Gurih dan enak sekali. Cara cari laron itu juga jadi kenangan tersendiri karena sekarang kayaknya sudah jarang orang melakukannya. Dulu dengan cara pakai lidi untuk nyutik di lubang  yang diyakini tempat keluarnya laron. Asyik banget,” ungkapnya. (gun/laz)

Lainnya