Neutron Yogyakarta

Kasus Pneumonia di Bantul Masih Dalam Tahap Wajar

Kasus Pneumonia di Bantul Masih Dalam Tahap Wajar
RESPONSIF: Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Dinkes Bantul Samsu Aryanto. (Gregorius Bramantyo/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG – Kasus pneumonia Kabupaten Bantul masih terpantau dalam taraf yang aman. Angka temuan kasusnya belum sampai meningkat jauh lebih tinggi.

Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul, temuannya berada di angka 2.838 kasus. Dari Januari hingga November 2023.

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Dinkes Bantul Samsu Aryanto mengatakan, jumlah kasus di 2023 sejauh ini masih dalam tahap wajar. Tidak ada kenaikan atau lonjakan kasus yang signifikan.

“Ini kan kumulatif. Di 2022 angkanya juga masih di sekitaran itu untuk kurun waktu yang sama,” katanya saat ditemui Radar Jogja, Senin (11/12).

Baca Juga: Perguruan Tinggi Cetak Generasi Emas, Haram Disusupi Praktik KKN

Dinkes Bantul menerapkan kewaspadaan dini dan respons dengan laporan mingguan dari setiap fasilitas kesehatan (faskes) yang ada. Baik itu di tingkat rumah sakit maupun puskesmas.

Oleh karena itu, Dinkes Bantul meminta masyarakat untuk tidak panik berlebihan, tetapi harus tetap waspada.

Masyarakat dapat melakukan pencegahan dengan pemakaian masker, meningkatkan daya tahan tubuh, mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, minum vitamin, istrirahat yang cukup, dan tetap menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Kalau yang spesifik saluran pernapasan ya pakai masker, terutama untuk yang bergejala atau merasa sakit dan bersinggungan dengan sirkulasi tertutup. Masih itu rekomendasinya,” ujar Samsu.

Baca Juga: PSIM Tak Boleh Remehkan Nusantara FC, Data Statistik Tunjukkan Lawan Lebih Produktif

Menurutnya, pneumonia ini bagian dari penyakit inspeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA sendiri ada dua yakni ISPA atas dan bawah. Pneumonia sendiri merupakan ISPA bawah yang menginfeksi jaringan paru-paru.

“Gejala awalnya demam, batuk, dan pilek. Cuci tangan dan PHBS masih kami rekomendasikan untuk pencegahan penyakit secara umum,” jelasnya.

Penyebab pneumonia sendiri yakni dari infeksi bakteri virus dan jamur. Selain itu, juga disebabkan oleh faktor cuaca dan lingkungan.

Di mana perubahan cuaca dapat memicu gangguan kesehatan. “Lingkungan tercemar juga mengganggu saluran pernafasan,” ucap Samsu.

Baca Juga: Mayoritas Sudah di Atas 50 Persen, PHRI Targetkan TPK Hotel 90 Persen Saat Nataru

Sebelumnya, wabah pneumonia sudah masuk di DKI Jakarta. Kementerian Kesehatan melaporkan total ada enam kasus mycoplasma pneumonia yang teridentifikasi di DKI Jakarta.

Penyakit yang disebabkan bakteri mycoplasma ini belakangan kembali diwaspadai pasca memicu lonjakan kasus dan antrean di sejumlah rumah sakit di China.

Sejauh ini, Kemenkes memastikan kasus mycoplasma di Indonesia terpantau terkendali. Dari keenam pasien yang ditemukan, tidak ada riwayat perjalanan ke luar negeri atau merupakan infeksi umum.

Terkait hal tersebut, Samsu menyebut bahwa pneumonia sebenarnya tidak hanya menyerang anak-anak, namun juga orang dewasa.

Keenam kasus di DKI Jakarta tersebut, menurutnya, hanya kebetulan menyerang anak-anak.

Baca Juga: Kegiatan Sosialisasi oleh Mahasiswa AMIKOM Yogyakarta di Desa Wisata Pucung

“Kondisi balita kan lebih rentan, tapi masih bisa dikendalikan. Di Bantul tidak terjadi fatalitas sampai saat ini,” jelasnya.

Sementara itu, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak terkait. Koordinasi itu untuk memetakan dan memahami virus penyebab pneumonia.

“Kami pahami dulu seberapa cepat penyebarannya dan bagaimana karakteristik virus itu,” katanya.

Halim pun mengimbau agar masyarakat tidak panik terkait pneumonia yang mulai mewabah di Jakarta.

“Ini kan masih awal, kita harus mempelajari itu dulu dan memberikan respons memadai. Jangan sampai isu itu membuat masyarakat panik,” tandasnya. (tyo/amd)

Lainnya