RADAR MAGELANG – Sebanyak 51 pelajar tingkat SMP dari berbagai daerah mengikuti kompetisi Desain Ensiklopedi Sains di Gedung Kotak Taman Pintar Kota Jogja.
Kompetisi sebagai bagian dari rangkaian HUT Ke-15 Taman Pintar itu hanya dipilih sepuluh peserta untuk bisa presentasi di hadapan dewan juri Kamis (14/12).
Juri Desain Ensiklopedi Sains Mulyono mengatakan, 51 peserta tersebut mengirimkan karya berupa poster bertemakan sains dalam format digital.
Karya yang dikirim sesuai dari temanya yaitu terkait konten sains kehidupan sehari-hari. Ada beberapa aspek yang akan dinilai.
Baca Juga: Jumlah Warga Bantul Pengguna IKD Masih Minim, Baru Empat Persen dari Target
“Muatan sainsnya seperti apa yang kami lihat dulu yang kedua dari etika jurnalistiknya,” katanya.
Mulyono menyebut, dalam kompetisi ini pun juga memperhatikan originalitas setiap karya yang dikirimkan seluruh peserta, khususnya 10 besar peserta sebagai finalis.
“Kadang download gambar materi itu yang kita scan plagiasinya juga jadi anak dilatih untuk menghindari plagiasi. Kalau download-pun harus ada sumbernya kalau dari visualnya harus ada olah visualnya,” ujarnya.
Baca Juga: UNY Terima Ratusan Mahasiswa dari 16 Negara
Menurutnya, dari puluhan karya masih perlu didalami lagi terkait ilmu sainsnya. Hal-hal yang sederhana perlu kembali digali.
Ini bukan kali pertama bagi Mulyono didapuk menjadi dewan juri pada kompetisi sains di Taman Pintar.
Sebelumnya, dia juga sempat menjadi juri pada kompetisi berkisah sains menggunakan bahasa Inggris.
Menurutnya, kompetisi semacam ini match dan sejalan dengan semangat Taman Pintar dalam memberikan edukasi sains kepada masyarakat.
“Sudah sangat sesuai yang dibawa setiap tahun. Ada sains-nya yang diusung dari Taman Pintar itu dalam bentuk lomba dan lebih beragam,” jelasnya.
Dewan juri lainnya, Novan Edo Pratama menuturkan, aspek yang dinilai lainny antara lain dari aspek artistik dan estetika karya. Seperti dari sisi komposisi, warna, hingga kemudahan desain saat dibaca.
Adapun dari 10 karya terbaik, terbilang baik untuk karya setingkat siswa SMP.
“Dampak pandemi dua tahun kemarin, literasi digital anak meningkat pesat. Banyak desain mengunakan handphone sudah sering digunakan di pelajaran. Jadi, anak sudah mulai masuk ke situ. Tinggal nanti mendalami lagi dan pengolahannya seperti apa,” ujar tenaga pendidik Ilmu Seni Rupa UNY ini.
Baca Juga: Nitilaku UGM 2023 Undang Semua Alumni Kagama, Termasuk Capres dan Cawapres Pemilu 2024
Menurut Novan, ilmu tak hanya terbatas didapatkan di bangku sekolah saja. Kompetisi desain ensiklopedia sains ini menjadi cara untuk menghadirkan ilmu sains dengan lebih santai.
Bahkan, ini juga bisa mengingatkan kembali akan ilmu sains pada hal-hal sederhana yang sebelumnya tak disadari.
“Mereka buka gadget, mereka sudah bisa dapat ilmu, dan ensiklopedia Taman Pintar ini salah satunya bisa menjadi sarana untuk mendapatkan keilmuan bagi pelajar maupun yang lagi santai-santai gitu buka gadget,” katanya.
Baca Juga: Tekad Pemkab Kulon Progo Kelola SPAM Kamijoro demi Penuhi Kebutuhan Air di Pesisir Selatan
Salah seorang peserta, Habibi Akmal Zaidan asal SMPN 10 Jogja, mempresentasikan poster dengan tema astronot. Dalam posternya, Zaidan menggunakan dominasi warna biru dan ungu.
Dia menggambarkan dua orang astronot berpakaian lengkap yang saling berbicara. Namun, salah satu di antaranya tak bisa mendengar.
“Karena suara tidak bisa merambat dalam ruang hampa udara,” katanya. (wia/amd)