RADAR MAGELANG – Kontestasi Pemilu 2024 pasti akan menyisakan calon legislatif (caleg) yang menang dan kalah. Bagi yang menang, mungkin akan berbahagia. Namun bagi caleg kalah, ada potensi tergoncang jiwanya. RSUD Sleman mengaku sudah bersiap untuk menangani para caleg stres pasca kalah dalam pileg nantinya.
IWAN NURWANTO, Sleman
Persaingan Pemilu 2024 di kabupaten Sleman terbilang cukup sengit. Setidaknya ada 606 orang yang masuk dalam Daftar Calon Tetap (DCT) KPU setempat. Ratusan orang dari berbagai latar belakang dan parPOL itu harus bersaing memperebutkan 50 kursi DPRD Sleman.
Berkaca dari daerah lain, pada Pemilu 2019 lalu banyak caleg yang tidak kuat menerima kekalahan dan berakhir stres. Bahkan menurut para pakar, para caleg rawan stres jika tujuannya mencalonkan diri tidak jelas.
Baca Juga: Modal Congkel Pintu dan Jendela, Dua Warga Jawa Timur Bawa Kabur Mobil Pajero di Sleman
Wakil Direktur Pelayanan RSUD Cholis Noor Mutaslimah mengatakan, pihaknya sudah bersiap menghadapi kemungkinan membEludaknya jumlah pasien penyakit jiwa. Terlebih pasca Pemilu 2024 yang dilaksanakan 14 Februari.
Dia menyebut sudah memiliki tiga tenaga kesehatan yang dapat menangani para caleg stres. Dua di antaranya merupakan dokter spesialis jiwa atau psikiatri. Sementara satu tenaga kesehatan lain yakni psikolog.
Dari sisi obat-obatan, Cholis memastikan, rumah sakit milik Pemkab Sleman itu juga sudah menyediakan. Mulai untuk mengobati gangguan jiwa dari sedang sampai berat. Bahkan obat-obatan khusus penyakit jiwa itu juga dapat dicover jaminan kesehatan.
“Untuk ang penyakit jiwa yang sedang hingga berat, kami bisa tangani rawat jalan dengan tiga tenaga kesehatan tersebut,” ujar Cholis saat ditemui Radar Jogja di ruangan kerjanya, Rabu (13/12).
Baca Juga: Bawaslu Sleman Tertibkan 23 Spanduk Provokatif, Semua Isinya Kecaman Terhadap Ade Armando
Diakui, RSUD Sleman memang tidak menyiapkan ruangan khusus untuk menangani pasien jiwa pasca Pemilu 2024. Namun rumah sakit pelat merah ini akan berkoordinasi dengan RSJ Grhasia dan RSUP Sardjito jika ada pasien dengan kategori berat.
Kebijakan itu diambil karena melihat pengalaman. Cholis menyatakan, jumlah pasien jiwa di RSUD Sleman pasca Pemilu 2019 lalu juga tidak terlalu banyak. Tidak sampai puluhan orang.
Menurutnya, itu mungkin karena lebih banyak pasien atau caleg stres yang memeriksakan diri ke rumah sakit khusus jiwa. Meskipun demikian, RSUD Sleman tetap memberikan pelayanan jika dibutuhkan. “Walau tidak ada ruangan khusus, kami siapkan ruangan pada bangsal-bangsal yang sudah ada,” terangnya.
Untuk diketahui, kondisi mental yang sehat merupakan salah satu syarat mendaftar sebagai caleg. Ketua KPU Sleman Ahmad Baehaqi membeberkan, total caleg yang masuk DCT ada 606 orang. Semuanya pun dipastikan dalam kondisi mental yang sehat.
Namun dari catatan pihaknya, ada dua caleg yang mantan narapidana. Serta ada dua yang dinyatakan tidak memenuhi syarat (TMS). “Yang TMS ada dua, satu karena meninggal dunia dan satu dibatalkan oleh partainya sendiri,” ungkapnya beberapa waktu lalu. (laz)