Neutron Yogyakarta

SBY: Dulu Sama Istri, Sekarang Ada JJLS

SBY: Dulu Sama Istri, Sekarang Ada JJLS
PULANG KAMPUNG: Presiden ke-6 Indonesia SBY saat turun dari bus dan berhenti di  RM Bu Tiwi Tan Tlogo, Mijahan, Semanu, Gunungkidul, kemarin (15/12). (Gunawan/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG – Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY pulang kampung. Rute perjalanan ke kampung halaman Pacitan, Jawa Timur, biasa melalui Kabupaten Gunungkidul dan mampir ke Rumah Makan Bu Tiwi Tan Tlogo, Mijahan, Semanu.

Rombongan SBY sampai di Gunungkidul setelah salat Jumat, kemarin (15/12). Ada dua lokasi yang dikunjungi. Sebelum makan-makan, sempat berhenti di Hotel Santika, Playen untuk kegiatan podcast.

Baru kemudian sekitar 13.42, Dewan Pembina Partai Demokrat ini tiba di rumah makan langganannya, Bu Tiwi Tan Tlogo. Dia menumpangi bus dan terlihat duduk tepat di belakang sopir.

RM Bu Tiwi Tan Tlogo ini langganan SBY dan keluarga. Cukup sering mampir ketika pulang kampung ke Pacitan. Bisa disebut rumah makan ini menyimpan banyak kenangan bagi presiden dua periode ini.

Sejurus kemudian SBY langsung berjalan dan mendekat ke arah foto-foto yang menempel di bagian tembok rumah makan itu. Dia terlihat menghela napas panjang saat melihat foto dirinya bersama keluarga terpanjang melekat di tembok. “Dulu (ketika makan di sini) sama istri,” kata SBY kemudian bergegas mengalihkan padangan.

Dalam sesi wawancara dengan awak media, Radar Jogja sempat bertanya mengenai program Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang digagasnya ketika masih menjabat. Menurutnya, rute jalan tersebut dia yang menggagas. “Itu dulu saya yang mencetuskan, melaksanakan tahun-tahun pertama sebelum dilanjutkan Pak Jokowi,” ujarnya.

Dasar pemikirannya waktu itu, kata SBY, Pulau Jawa paling maju dan telah tersambung adalah Pantai Utara (Pantura). Zona tengah sudah ada, namun dinilai belum cukup kuat. Kemudian zona selatan mulai dari Pangandaran-Sukabumi-Cilacap-selatan Jogja-Wonosari selatan-Pacitan-Trenggalek-Tulungagung masih belum tersambung.

“Saya pikir tidak adil dan kalau musim libur Lebaran macetnya luar biasa. Itulah waktu itu saya ambil kebijakan tolong bangun jalan lintas selatan Jawa Barat-Jawa Timur,” jelasnya.

Menurutnya, program JJLS perlu dilanjutkan kembali sehingga betul-betul tidak tertinggal dengan Pantura. Anggaran diprioritaskan untuk keadilan dan untuk kesinambungan jaring jalan di Pulau Jawa.

Sementara itu, pemilik RM Bu Tiwi Tan Tlogo Sunyoto mengaku sangat senang karena kedatangan tamu istimewa. Diakui, kedatangan mantan orang nomor satu di Indonesia di rumah makan miliknya bukan kali pertama. “Dulu sama ibu (mendiang Ani Yudhoyono, Red) dan keluarga besar,” katanya. (gun/laz)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)