RADAR MAGELANG – Menjelang Natal dan tahun baru (nataru), Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) mengingatkan anggotanya menjaga nilai kompetitif yang sehat. Tak ada lagi nuthuk harga. Standar harga harus tetap terkontrol agar wisatawan merasa nyaman saat berkunjung.
Ketua GIPI DIY Bobby Ardiyanto mengatakan, momentum nataru yang dalam waktu dekat lagi menjadi perhatiannya. Salah satunya soal penerapan harga yang ditentukan di masing-masing industri di 4 kabupaten dan 1 kota di DIY.
“Kami perlu meremaind bersama teman-teman industri yang sudah memiliki satu standar cukup baik, tetap menjaga nilai kompetitif terjaga dengan baik,” katanya Selasa (19/12).
Baca Juga: Ibu Kandung Prajurit Korps Infanteri Adalah Rakyat, Napas dan Ruhnya Pengabdian Kepada Rakyat
Boby menjelaskan, sesuai pengalaman tahun-tahun sebelumnya ada beberapa industri menaikkan harga cukup tinggi pada momentum Nataru. Dampaknya bisa timbul persaingan yang tidak sehat. Praktik tersebut tak seharusnya dilakukan di era dewasa ini.
Di mana teknologi informasi sudah marak, wisatawan pun dengan mudahnya bisa berkeluh kesah melalui sosial media yang dimiliki. Hal ini berpotensi merusak citra pariwisata DIY.
“Sekarang sudah tidak bisa lagi semacam itu. Tapi bagaimana menjaga sisi persaingan harga yang tetap terkontrol dengan baik agar menjadi suatu kenyamanan bersama wisatawan,” ujarnya.
GIPI pun meyakini anggotanya dapat menyesuaikan harga yang sudah ditentukan. Sehingga tak perlu adanya aturan ambang batas minimal maksimal. Terlebih dengan bertambahnya jumlah hotel di 4 kabupaten dan 1 kota.
“Tentu ini menjadikan standar harga itu sendiri yang tidak bisa melonjak seperti tahun-tahun sebelumnya,” jelasnya.
Dengan begitu, antara suplay dan demand bisa menuju yang lebih stabil. Sebab, jika antara suplay dan demand masih terlalu tinggi demandanya maka harga menjadi terdorong tinggi.
Menurutnya, saat ini jumlah suplay cukup bertambah seiring bertambahnya hotel. Sehingga dapat menjaga standar harga-harga dengan standar yang naik namun masih dalam batas yang dipahami.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Tema Natal, Cocok Temani Liburan Natal
“Ini yang terjadi sehingga tanpa kita mensepakati batas ambang ataspun tapi teman-teman sudah bisa menyesuaikan dengan kondisi persaingan yang ada. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya,” terangnya.
GIPI pun tak menerapkan sanksi jika ada yang melakukan tarif nuthuk, masih sebatas imbauan semaksimal mungkin kepada anggotanya untuk bisa menjaga pola dalam menentukan rate harga tersebut. Didalam industri ada beberapa pola yakni harga low season, high season, dan peak season.
“Nataru sebenarnya masuk seperti halnya di periode lebaran peak season memang harga yang paling tinggi. Tapi harga paling tinggi yang masih terkontrol yang menjadi hal yang kita upayakan bersama,” tambahnya.
Baca Juga: Rawan Disinformasi, KPU DIY Tekanan Pentingnya Expose Logistik Pemilu 2024
GIPI dalam hal ini belum dapat memastikan target kunjungan wisatawan selama nataru. Namun begitu, nataru kali ini hampir 75 persen pergerakannya lebih kepada domestik. Wisatawan mancanegara dinilai akan lebih banyak wisman ekspatriat. Sedangkan wisman direct relatif lebih kecil.
“Dengan pola itu lebih banyak terjadi mereka melakukan perjalanan sendiri artinya tidak terhandel dalam satu pakage. Baik dari mulai untuk hotel, transport mereka lebih melakukan secara mandiri,” imbuhnya.
Perhatian lain yang menjadi prioritas adalan masalah meningkatnya grafik Covid-19 di seluruh penjuru negara Asia Tenggara termasuk Indonesia khususnya DIY. Bagaimana GIPI perlu menjaga standar operasional prosedur ataupun standar kesehatan di setiap industri.
“Ini juga menjadi remainder kita, bagaimana menjaga agar selama periode nataru kita bisa tekan (peningkatannya). Dari sisi kenyamanan dan kesehatan harus dijaga,” imbuhnya. (wia/amd)