RADAR MAGELANG – Sebagai upaya mengedukasi siswa untuk mengolah sampah secara kreatif sejak dini, MTsN 9 Bantul menggelar pameran produk pengolahan limbah menjadi barang yang bernilai jual.
Kegiatan tersebut merupakan gelar karya dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P5P2RA).
Baca Juga: 3 Wilayah Terpanas Yang Ada di Kebumen, Nomor Satu Cukup Terkenal dengan Pantainya…
Kalau bisa, belajar tidak hanya matematika, bahasa Inggris, dan IPA, tapi juga belajar bagaimana mengembangkan diri sesuai dengan minat dan bakatnya.
”Kalau ada anak-anak yang berbakat di bidang non-akademik ya dikembangkan seoptimal mungkin,” ujar Kepala MTs Negeri 9 Bantul, Nur Hasanah Rahmawati kepada Radar Jogja, Kamis (21/12/2023).
MTs Negeri 9 Bantul telah menerapkan Kurikulum Merdeka untuk kelas 7 dan 8 selama dua tahun.
Baca Juga: Kembali Booming, Lagu First Snow milik EXO masuk chart No.1 Melon Top 100
Oleh sebab itu, setiap akhir semester, sekolah mengadakan gelar karya yang akan memamerkan produk hasil dari P5P2RA yang siswa lakukan dalam satu semester.
“Untuk kelas 7, temanya adalah pengolahan limbah menjadi karya kerajinan yang bernilai jual tinggi,” ujarnya.
Beberapa karya olahan limbah siswa di-display di depan kelasnya masing-masing.
Barang-barang tersebut dijual dan ditawarkan kepada para pengunjung yang datang.
Baca Juga: Satu Gol Lagi, Griezmann Pecahkan Rekor Pencetak Gol Terbanyak Sepanjang Sejarah Atletico Madrid
“Anak-anak ada yang membuat bunga dari limbah plastik, vas bunga dari handuk bekas, dan beberapa kerajinan dari limbah lain,” tuturnya.
Menurut Nur, yang paling menarik adalah karya ecobrik dari botol bekas yang kemudian diisi dengan plastik lalu dipadatkan.
Dalam pengisianya tidak sembarangan, ada takaran atau timbangan standarnya.
Baca Juga: Anniversary Paguyuban Motor Honda Yogyakarta (PMHY) Ke-18 “GAYANG REGENG”
“Untuk botol yang kecil, berat standar minimal setengah kilogram supaya kuat dijadikan tumpuan kursi atau meja,” kata Nur.
Sebelum eksekusi, guru membagi kelompok untuk melakukan pelatihan.
Setiap kelompok wajib membuat satu produk olahan limbah yang nantinya akan mereka jual.
“Jadi itu nanti disusun, kemudian dijadikan kursi, lalu diberi papan dan busa. Terakhir, diberi cover kain,” tandas Nur.
Baca Juga: Aksi Tak Senonoh Pasangan Muda-Mudi Hebohkan Media Sosial, Kafe di Senopati Jadi Saksi Bisu
Sementara itu, Pendamping P5P2RA kelas VII, Andrian Eka Saputra menambahkan bahwa Kurikulum Merdeka memberi keleluasaan bagi anak-anak untuk mengembangkan minat dan bakatnya.
Selain itu, mereka bisa memperdalam esensi dari P5P2RA tersebut.
Baca Juga: Jangan Langgar Lalu Lintas di Gunungkidul, Polisi Siapkan E-Tilang untuk Menindak
“Kita berpacu pada P5P2RA yang isinya terdiri dari enam poin. Di antaranya, kemandirian dan kreativitas. Di samping untuk memeriahkan gelar karya, mereka juga akan dinilai kemandiriannya, kerjasamanya, inovasi produk, dan kreativitasnya,” ujar Andrian.
Andrian menyampaikan bahwa sebelumnya para siswa melakukan kunjungan ke rumah limbah Sukunan.
Di sana banyak model kerajinan dari limbah menjadi tas, dompet, tempat pensil, dan lain-lain.
Mereka diajak ke sana dengan tujuan belajar, sehingga saat praktik di sekolah sudah punya gambaran.
Baca Juga: Terjun ke Dunia Model, Inara Rusli Panen Hujatan dari Warganet
“Produk yang dihasilkan siswa dalam pameran tersebut ada beberapa macam. Kalau yang wajib ada ecobrik, ecoprint, olahan bunga dari plastik, dan vas bunga. Itu yang empat poin wajib, selebihnya banyak kerajinan hasil kreativitas masing-masing siswa,” tandas Andrian. (cr5/iwa)