Neutron Yogyakarta

Awal Tahun Yogyakarta Diprediksi Sudah Masuk Musim Hujan, BMKG Keluarkan Peringatan Bencana

Awal Tahun Yogyakarta Diprediksi Sudah Masuk Musim Hujan, BMKG Keluarkan Peringatan Bencana
Berdasarkan data BMKG curah hujan tertinggi di wilayah DIJ akan terjadi pada bulan Februari 2024.

RADAR MAGELANG – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta memprediksi awal tahun nanti sudah mulai memasuki musim penghujan.

Masyarakat pun diminta untuk mewaspadai berbagai potensi bencana hidrometeorologi.

Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas mengatakan, pihaknya memprediksi mulai dari dasarian tiga bulan Desember 2023 hingga dasarian dua bulan Januari 2024 wilayah Jogjakarta sudah mulai turun hujan.

Intensitasnya berkisar 10-100 mm dengan kriteria rendah-menengah.

Baca Juga: Wajib Tahu! Perbedaan Suap dan Gratifikasi, Berikut Penjelasannya…

Kemudian memasuki awal tahun, Reni menyebut, curah hujan berpotensi meningkat pada kisaran 128-444 mm atau masuk kategori menengah-tinggi dengan sifat hujan bervariasi bawah normal-atas normal.

Memasuki bulan Februari curah hujan terus meningkat pada kisaran 155-449 mm. Lalu di bulan Maret diprediksi naik menjadi 185-473 mm.

Dia pun menghimbau, agar pemerintah daerah dan masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang selama musim hujan atau dari Januari – Maret 2024.

Baca Juga: Apakah Benar Jika Mengurangi Jam Kerja Memiliki Dampak Positif Bagi Lingkungan, Begini Penjelasannya…

Di antaranya dengan memangkas pohon-pohon rindang, membersihkan saluran air, serta menjaga kesehatan seiring dengan perubahan cuaca yang tidak menentu.

“Saat memasuki musim hujan perlu mewaspadai bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan puting beliung yang terjadi di daerah-daerah rawan bencana, terutama di puncak musim penghujan pada bulan Februari 2024,” ujar Reni dalam keterangannya, Minggu (24/12).

Terkait dengan kesiapan menghadapi bencana, Pemkab Sleman sebelumnya sudah melaksanakan apel siaga kedaruratan bencana hidrometeorologi.

Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo menyampaikan, kepedulian, kolaborasi, dan sinergitas dari semua pihak adalah kunci dalam membentuk budaya siaga kedaruratan.

Selain itu, Kustini juga mengingatkan, setiap orang perlu memiliki kesiapan diri dalam menghadapi bencana yang dapat terjadi kapan saja.

Baca Juga: Kisah Inspiratif ! Bocah Ajaib Ini Punya IQ Melebihi Einstein, Sukses Kuliah S2 Matematika, Kok Bisa…

Terlebih kabupaten Sleman juga berada di kawasan rawan bencana alam.

Sehingga pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi situasi darurat menjadi bekal penting yang perlu dimiliki oleh masyarakat.

“Dengan berbekal pengetahuan dan pengalaman yang memadai dalam menghadapi bencana maka kita akan mampu bersikap dan bertindak secara cepat dan tepat,” ungkap Kustini.

Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Bambang Kuntoro menambahkan, selain memiliki barak pengungsian.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasannya Kenapa Bus Sekolah Berwarna Kuning

Dia memastikan ada 37 Early Warning System (EWS) yang dalam kondisi siap. Adapun 19 EWS diantaranya merupakan alat deteksi dini bencana erupsi, 15 EWS bencana lahar hujan, dan tiga EWS bencana tanah longsor.

Disamping itu, BPBD Sleman juga telah membangun sebanyak 181 titik kumpul dan 224 jalur evakuasi.

Kemudian 3.250 relawan yang terbagi dalam 17 komunitas kebencanaan. Serta 87 Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dari tingkat SD hingga SMP.

“Untuk armada kami ada 31 kendaraan mulai dari mobil ranger, truk serbaguna sampai perahu. Logistik dan peralatan juga siap,” terang Bambang. (inu/bah)

Lainnya