RADAR MAGELANG – Program revitalisasi pasar tradisional dihentikan sementara. Pos anggaran dari kantor Dinas Perdagangan (Disdag) Kabupaten Gunungkidul dipangkas dan dialihkan untuk persiapan Pilkada 2024.
Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Dinas Perdagangan (Disdag) Kabupaten Gunungkidul Wasana mengatakan, penuntasan program revitalisasi pasar tradisional tahun depan terpaksa mundur.
Baca Juga: Patah Tulang Selangka, Kostas Tsimikas Dirawat di Rumah Sakit, Liverpool Krisis Bek Kiri
Itu disebabkan karena ada pemangkasan anggaran.
“(Anggaran revitalisasi pasar) tahun depan kosong atau nol rupiah. Anggaran dipotong 68 persen untuk Pilkada 2024,” kata Wasana Minggu (24/12/2023).
Wasana menjelaskan, pasar tradisional dikelola pemerintah jumlahnya masih banyak yang memerlukan anggaran rehabilitasi.
Seperti prioritas pembangunan musala dan sarana mandi, cuci, dan kakus (MCK) yang sangat dibutuhkan para pedagang.
Di antaranya Pasar Menthel, Pasar Bedoyo, Pasar Wotgaleh, Pasar Ngenep, dan Pasar Tepus.
“Semoga tahum 2024 perubahan atau tahun 2025 bisa kita usulkan mendapat anggaran,” ujar Wasana.
Sementara di tahun 2023 hingga pengujung tahun, kata Wasana, Disdag Kabupaten Gunungkidul ada pekerjaan fasilitas sarana prasarana pasar empat lokasi.
Revitalisaai didapat dari anggaran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) murni 2024.
“Ada empat pasar tradisional yang direvitalisasi,” ucap Wasana.
Empat pasar tersebut meliputi, Pasar Grogol dengan anggaran Rp 75 juta, Pasar Dondong Rp 110 juta, Pasar Jimbaran Rp 113 juta, dan Pasar Wotgaleh Rp 75 juta.
Baca Juga: Tiga Hari Masa Angkutan Nataru, Daop 6 Catat Trafik Sebanyak 172.133 Penumpang
Dengan memanfaatkan anggaran yang sangat minim, dipergunakan dengan skala prioritas.
“Walaupun belum mencukupi kebutuhan rehabillitasi pasar yang masih memerlukan anggaran yang lebih banyak,” ungkap Wasana.
Dikatakan Wasana, total jumlah pasar tradisional milik Disdag di Gungkidul sebanyak 38 lokasi.
Ditambah satu taman kuliner dan satu taman parkir.
Baca Juga: Prediksi Wolverhampton Wanderers v Chelsea, Head to Head, Susunan Pemain
Sisanya pasar tradisional yang hanya buka di waktu tertentu.
Menyesuaikan hari pasaran Jawa, dan itu merupakan aset pemerintah masing-masing kalurahan.
Seperti keberadaan Pasar Wage di Kalurahan Ngalang, Kapanewon Gedangsari.
Buka sepekan sekali, aktivitas transaksi jual beli selalu ramai.
Meski menempati bangunan sederhana, namun terlihat rapi dan bersih.
“Saya berharap pasar tradisional terus ada dan mendapat dukungan dari pemerintah,” kata seorang pengunjung pasar Sukasdi. (gun/iwa)