Neutron Yogyakarta

Urai Kemacetan, Dishub Gunungkidul Menyiapkan Skema Rekayasa Jalur di Lima Lokasi, Mana Saja?

Urai Kemacetan, Dishub Gunungkidul Menyiapkan Skema Rekayasa Jalur di Lima Lokasi, Mana Saja?
RAMAI - Suasana di Terminal Dhaksinarga Selang, Wonosari pada Selasa (26/12/2023). (Foto: Gunawan/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG – Aktivitas di Terminal Dhaksinarga Selang, Wonosari terlihat ramai, baik kedatangan maupun pemberangkatan bus.

Arus mudik masih berlangsung, sementara diperkiraan puncak arus balik terjadi pada 4-6 Januari 2024.

Pengawas Satuan Pelayanan Terminal Tipe A Dhaksinarga Wonosari Aris Farwanto mengatakan, pergerakan arus kendaraan dan penumpang di Posko Pemantauan Natal Tahun 2023 dan Tahun Baru 2024 terpantau ramai lancar.

Baca Juga: Tambah Jumlah Petugas Kebersihan dan Perpanjang Waktu Kerja, Pemkot Pastikan Kawasan Gumaton Bersih dari Sampah Selama Libur Nataru

“Hari ini jumlah kedatangan bus AKAP (antar kota antar provinsi) 18 unit 31 penumpang, dan AKDP (antar kota dalam provinsi) 16 unit 25 penumpang,” kata Aris Farwanto Selasa (26/12/2023).

Sementara jumlah keberangkatan bus AKAP 13 unit membawa 202 orang, AKDP 11 unit sebanyak 45 orang.

Aris menyebut, untuk kedatangan yang masuk terminal masih relatif normal.

Baca Juga: Mengungkap Misteri: Kepala Berkunang-kunang pada Wanita, Berikut Penyebab dan Cara Atasinya

“Arus mudik masih berlangsung, karena cuti, ada dua skema akhir tahun dan awal tahun,” ujar Aris.

Untuk kedatangan, menurut Aris, banyak yang menggunakan kendaraan pribadi.

Pihaknya tidak memantau secara global, karena yang bisa didata berdasarkan masuk dan keluar terminal saja.

Baca Juga: Mitos atau Fakta Nanas Sebabkan Keguguran, Yuk Simak Penjelasannya…

Secara akumulatif pergerakan arus mudik dipantai sejak 22 Desember 2023.

“Sebanyak 662 penumpang terpantau di terminal kedatangan, dan untuk pemberangkatan tercatat ada 2.290 penumpang,” ungkap Aris.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Perhubungan Kabupaten (Dishub) Kabupaten Gunungkidul Bayu Susilo Aji mengaku telah menyiapkan skema rekayasa jalur di lima lokasi.

Baca Juga: Pemilik Kartu Indonesia Anak Gunungkidul Dapat Diskon Masuk Destinasi Wisata dan Belanja

Masing-masing, Simpang Empat Patuk, atau ke arah selatan menuju destinasi wisata Heha, akan dipasang pembatas.

Dari arah Jogja menuju ke Heha diputarkan dulu ke Kali Pentung baru ke kiri.

Untuk wisatawan yang keluar dari HeHa, ke kiri arah Jogja.

Baca Juga: Akhirnya Trailer Perdana Rebel Moon Part 2: The Scargiver Rilis

“Jalur utama Jogja-Wonosari, kendaraan kecil bisa menggunakan jalur alternatif melalui Sambi-Tawang-Sorogedug/Klaten, atau Playen-Getas-Mangunan-Imogiri,” kata Bayu.

Bus wisata dari Klaten, Solo, dan sekitarnya diarahkan masuk melalui Jalan Baron.

Dari arah Wonogiri, Pacitan bisa mengakses JJLS (Jalur Jalan Lintas Selatan).

Bus Pariwisata dari arah Jogjakarta bisa melalui Simpang Tiga Gading kanan Playen, Paliyan, lanjut ke arah JJLS.

Bus menuju pantai bisa menggunakan jalur utama Jalan Baron atau pintu masuk Baron ke timur, keluarnya JJLS, baik ke timur dan baratnya atau Tepus-Mulo.

Kendaraan besar bus dan truk tidak boleh keluar melalui pintu utama utara.

Baca Juga: Kebutuhan Surat Suara di Sleman Capai 4,33 Juta Lembar, KPU Perhitungkan Jumlah Tenaga Pelipat

Harus ke timur arah Tepus atau ke barat arah JJLS Saptosari.

Wisatawan dari pantai melintasi JJLS arah Saptosari.

Bus besar ke kanan Paliyan-Playen-langsung Jogjakarta.

Baca Juga: Riset Mengatakan, Perjalanan Ke Kantor Lebih Dari 60 Menit Meningkatkan Resiko Depresi

Kendaraan kecil bisa melalui Saptosari-Panggang-Bantul-Jogjakarta.

“Rekayasa lalu lintas nantinya bersifat situasional, tidak permanen,” ujar Bayu.

Sebelumnya, Kapolres Gunungkidul AKBP Edy Bagus Sumantri mengingatkan adanya penonaktifan dua jalur tengkorak atau jalur rawan kecelakaan.

Baca Juga: WHO: Kasus Covid-19 Dunia Melonjak Hingga 50 Persen Selama Sebulan Terakhir

Langkah demikian untuk mengantisipasi aktivitas warga yang belum mengetahui jalur berbahaya tersebut.

“Dua jalur yang akan dihapus yakni Clongop (Kalurahan Hargomulyo, Gedangsari), dan Bundelan (Kapanewon Ngawen),” kata Edy Bagus Sumantri.

Dua lokasi tersebut secara geografis naik turun dengan tingkat kemiringan ekstrem. (gun/iwa)

Lainnya