Neutron Yogyakarta

GIPI Sebut Trafik Wisata Nataru Sesuai Ekspektasi, Perlu Optimalisasi Lebih Desa Wisata

GIPI Sebut Trafik Wisata Nataru Sesuai Ekspektasi, Perlu Optimalisasi Lebih Desa Wisata
IKON MALIOBORO: Andong yang berada di kawasan Malioboro Jogjakarta menjadi salah satu alat angkutan untuk mengantar para wisatawan menikmati objek-objek wisata.

RADAR MAGELANG – Trafik sektor pariwisata DIY pada momentum Natal dan tahun baru (nataru) secara umum sudah sesuai ekspektasi dan target para pelaku industri pariwisata. Termasuk harapan dari Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY.

Ketua GIPI DIY Bobby Ardyanto Setyo Ajie mengatakan, sejauh ini untuk kondisi libur nataru sudah sesuai dengan ekspetasi GIPI dan industri.

Hal tersebut tercermin dari masifnya kunjungan wisatawan ke DIY. Itu beriringan pula dengan tingkat penghunian kamar hotel yang juga tinggi.

Baca Juga: Yogyakarta Peringkat Atas Kota Pilihan Masyarakat Indonesia, Dalam Hal Apa? Yang Pasti Bukan dalam Hal Kerja…

“Reservasi hotel periode 23 hingga 26 Desember berada di kisaran 90 hingga 95 persen, artinya melebihi tahun lalu,” katanya, Kamis (28/12).

Kendati demikian, Bobby tetap berharap trafik tersebut masih bisa bertambah hingga momentum pergantian tahun mendatang.

Dari pantauannya,objek wisata juga mengakomodasi kunjungan wisatawan yang cukup merata di seluruh kabupaten/kota DIY.

Hanya saja, ia menilai destinasi atau objek yang berbasis desa wisata sejauh ini belum sepenuhnya optimal seperti destinasi lainnya.

Baca Juga: Adanya Sertifikat Sumbu Filosofi Jadi Pengingat Janji DIY Kepada Dunia Internasional, Disbud DI: Segera Siapkan Penanda Sertifikat

“Sebenernya cukup merata, hanya yang perlu kita dorong sisi desa wisata karena masih belum seperti destinasi lainnya,” ungkapnya.

Disebutnya, belum optimalnya desa wisata sebagai pilihan kunjungan wisatawan antara lain dikarenakan awareness wisatawan mengenai desa wisata yang masih minim. Selain itu, kurang maksimalnya pemasaran yang dilakukan.

“Pemasaran desa wisata harus dilakukan secara kontinu dan konsisten agar jauh lebih dikenal oleh wisatawan,” pesannya.

Baca Juga: Razia, Pengunjung Hiburan Malam Jalani Tes Urine

Sebelumnya, Wakil Ketua Kadin DIY bidang pariwisata Arif Effendi memaparkan, bahwa objek desa wisata yang sistem pengelolaannya berbasis community based tourism (CBT) atau dikelola warga sebenernya punya potensi besar bagi wisatawan.

Diakuinya, dari segi keunikan desa wisata sangat potensial karena memiliki ciri khas masing-masing daerah yang jarang atau tidak akan dimiliki daerah lainnya.

“Potensi itu besar, tapi harus diiringi pengelolaan dan promosi yang benar dan gencar,” tuturnya.

Baca Juga: Asisten Arema FC Berencana Gelar Latihan Lebih Awal Untuk Pemain di Wilayah Malang

Arif sendiri menyampaikan bahwa saat ini objek desa wisata sudah semakin banyak dan bervariasi di kabupaten/kota DIY. Mulai dari desa wisata yang menyuguhkan kuliner, kesehatan hingga budaya tradisional daerah tersebut. “Mereka punya keunikan dan identitas masing-masing, itu bisa dijadikan sebagai branding wisatanya,” papaprnya. (iza/amd)

Lainnya