Neutron Yogyakarta

Jalur Sleman-Gunungkidul Jadi Idola Mobil Pribadi

Jalur Sleman-Gunungkidul Jadi Idola Mobil Pribadi
TERHUBUNG: Pengendara kendaraan bermotor melintas di jalan alternatif Sleman-Gunungkidul dan melewati jembatan Kedungkandang, di wilayah Kapanewon Patuk, Gunungkidul, Jumat (29/12). (Guntur Aga Tirtana/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG – Jalur alternatif Sleman-Gunungkidul sudah terhubung dan bisa dilintasi. Menunggu peresmian, kini mulai ramai dilalui roda dua dan kendaraan pribadi.

Kepala Bidang Lalu Lintas, Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Gunungkidul Bayu Susilo Aji mengatakan, operasional penuh jalur Gading-Ngalang-Nglanggeran ditandai dengan pengecekan jalur. “Jalur Gunungkidul-Sleman cukup membantu mengurangi kepadatan jalur utama, khususnya kendaraan pribadi yang sudah mulai beralih memanfaatkan jalur itu,” katanya (29/12).

Total panjang ruas jalan alternatif yang melintasi Kalurahan Ngalang (Kapanewon Gedangsari)-Kalurahan Tawang (Kapanewon Patuk) sekitar 10 kilometer. Menelan anggaran Rp 99,2 miliar, dan membebaskan 671 bidang tanah seluas 25 hektare. “Mudah-mudahan Tawang-Sleman; Prambanan segera pengerjaan dan selesai,” ujarnya.

Dkatakan, jika nanti jadi dan bisa dilintasi, dapat dilalui bus pariwisata. Untuk kemungkinan digunakan sebagai jalur antarkota antarprovinsi (AKAP) maupun antarkota dalam provinsi (AKDP), pihaknya mengaku belum ada informasi.

“Belum ada kepastian. Untuk AKAP jika ada pengalihan jalur, nantinya akan dikaji, khususnya dari Ditjen Perhubungan Darat yang mempunyai kewenangan perizinan Ops AKAP,” ungkapnya.

Mengenai pemasangan rambu-rambu, sesuai kewenangan jalan. Meskipun demikian dalam keadaan tertentu kabupaten bisa melakukan pemasangan imbauan atau rambu yang bersifat sementara. “Atau tidak permanen,” ungkapnya.

Karena jalur itu sudah beroperasi secara penuh, dishub bekerjasama dengan instansi terkait melakukan antisipasi kerawanan. Beberapa waktu lalu dilakukan penertiban pedagang dan parkir tepi jalan khususnya, jembatan baru Kedung Kandang, Nglanggeran.

“Berbahaya. Kemarin ditemukan parkir di badan jalan aspalan, di jembatan dan jualan di trotoar jembatan, kendaraan gerobak ditaruh di jalan,” bebernya.

Kata dia, jualan tidak dilarang asalkan tidak di ruang pengawasan jalan atau rumija. Sangat berbahaya, karena lalu lintas kecepatan cukup tinggi. Selanjutnya pedagang dan parkir diarahkan di kantong yang lebih luas agar tidak mengganggu arus lalu lintas.

Sementara itu, pengelola Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran, Kapanewon Patuk, Sugeng Handoko meyakini, pembangunan jalan alternatif membawa dampak positif bagi masyarakat. “Desain jembatan bisa menambah daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Mari kita jaga jangan sampai ada vandalisme,”  katanya. (gun/laz)

Lainnya