Neutron Yogyakarta

Meski Okupansi Hotel Sudah Menurun, PHRI Sebut Secara Trafik TPK Masih Tinggi dan Terjaga

Meski Okupansi Hotel Sudah Menurun, PHRI Sebut Secara Trafik TPK Masih Tinggi dan Terjaga
OPTIMISTIS: Artotel Jogjakarta merupakan hotel yang seratus persen penuh saat nataru lalu. (Dok Artotel Jogjakarta)
RADAR MAGELANG – Okupansi dan tingkat penghunian kamar (TPK) hotel di wilayah DIY pada momentum Natal dan tahun baru (nataru) lalu secara umum sudah sesuai dengan target dari PHRI. Yakni, berkisar di angka 90 persen.
Ketua PHRI DIY Deddy Pranowo Eryono mengatakan, saat ini secara trafik okupansi sudah ada penurunan. Namun, masih terhitung tinggi bila dibandingkan hari-hari biasanya.
“Nataru 2023 rata-rata 98 persen terutama di kota Jogja dan Sleman, lalu tiga kabupaten lain rata-rata 80 sampai 95 persen,” katanya, Selasa (2/1).
Deddy mengungkapkan, secara keseluruhan capaian tersebut melebihi target PHRI yakni 90 persen.
“Januari ini mulai melandai, tapi reservasi masih di angka 50 sampai 60 persen,” sambungnya.
Okupansi tersebut dinilainya masih terhitung tinggi. Sebab, banyak wisatawan yang tidak mendapatkan reservasi pada bulan Desember 2023 dan dialihkan pada Januari 2024.
Deddy optimistis okupansi hotel masih akan terus terjaga. Apalagi, ada dhaup agung keluarga Adipati Pakualaman Paku Alam X yang berpotensi turut mendorong peningkatan okupansi.
“Biasanya awal tahun low season, tapi ini nanti kemungkinan ada kenaikan karena Dhaup Agung,” tuturnya.
Perihal target di Januari hingga Februari, Deddy memperkirakan bahwa okupansi hotel bisa berada di kisaran 75 hingga 80 persen.
“Masih ada gelombang wisatawan, bahkan menjelang pemilu, kita harap keamanan dan stabilitas terkendali agar TPK juga tinggi,” harapnya.
Terpisah, Marketing Communication Artotel Jogjakarta Nada Rizqi Pratiwi menuturkan, pada momentum nataru lalu reservasi di Artotel berhasil mencapai seratus persen hunian.
“Untuk okupansi nataru lalu, alhamdulillah kami full dan sudah sesuai dengan target,” bebernya.
Dikatakannya, secara trafik saat ini juga masih terhitung tinggi dan banyak tamu yang merupakan wisatawan luar daerah memperpanjang masa inap atau length of stay.
“Saat ini posisi juga masih relatif tinggi di kisaran 80 persen, dengan tamu dominan dari Jakarta dan Jawa Tengah,” tandasnya. (iza/amd)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)