Neutron Yogyakarta

BMKG Beberkan Penyebab Cuaca Ekstrem di Sebagian Wilayah DIY, Ternyata Karena Fenomena Ini

BMKG Beberkan Penyebab Cuaca Ekstrem di Sebagian Wilayah DIY, Ternyata Karena Fenomena Ini
PANGKAS: Pohon tumbang akibat hujan lebat disertai angin kencang di Sleman. (Dok BPBD Sleman)

RADAR MAGELANG – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jogjakarta meminta agar masyarakat waspada terhadap berbagai potensi bencana.

Pasalnya, ada fenomena alam yang meningkatkan potensi cuaca ekstrem selama awal bulan Januari 2024 ini.

Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Jogjakarta Warjono mengatakan, dari hasil analisis pihaknya hingga sepekan kedepan terdapat kondisi dinamika atmosfer yang memicu potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah.

Baca Juga: Inalillahi…Hujan Deras Disertai Angin Terjang Purworejo, Belasan Rumah dan Bangunan Alami Kerusakan

Yakni, fenomena Monsun Asia Musim Dingin atau angin baratan. Kondisi tersebut dapat membuat peningkatan massa udara basah di sekitar wilayah Indonesia.

“Sehingga pertumbuhan awan hujan di periode Januari ini diprediksikan cukup intens atau akan sering turun hujan,” ujar Jojo kepada Radar Jogja, Kamis (4/1).

Selain itu, sambung Jojo sapaanya, aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO) di wilayah Indonesia sekarang juga sudah mulai memasuki kuadran tiga.

Baca Juga: 2 Bom Meledak di Iran, Menewaskan Sedikitnya 100 orang, Rusia dan Turki Bereaksi…

Sehingga akan sangat berkontribusi terhadap penambahan uap air dan memicu peningkatan potensi hujan sedang hingga lebat di beberapa wilayah.

Kondisi itu juga diperkuat dengan adanya aktivitas gelombang Rossby di wilayah Indonesia terutama wilayah Jawa bagian utara.

Sehingga secara tidak langsung akan ikut menambah pasokan uap air di Jawa bagian selatan termasuk wilayah DIY.

Baca Juga: Resmi! Harga Rokok Naik Mulai Bulan Ini, Berikut Daftar Terbarunya

Menurut dia, juga ada faktor lain yang memperkuat awan hujan di wilayah Jogjakarta. Seperti terbentuknya pola siklonik di Jawa bagian selatan.

Kondisi itu memicu penumpukan massa udara. Selain itu kondisi kelembaban udara di wilayah DIY juga masuk dalam kondisi basah.

“Kondisi ini yang menyebabkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah DIJ lebih dominan terjadi pada siang-sore hari,” terang Jojo.

Dengan berbagai potensi tersebut, dia pun menghimbau, agar masyarakat dan pemerintah selalu waspada terhadap berbagai potensi cuaca ekstrem.

Baca Juga: PNS,TNI DAN PENSIUNAN , Siap – Siap Bahagia!!! Kenaikan Gaji di Awal Tahun 2024

Terlebih, berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai dengan kilat atau petir dan angin kencang hingga sepekan kedepan.

Bahkan khusus untuk wilayah dengan topografi curam atau pegunungan. Dia meminta kewaspadaannya lebih ditingkatkan, lantaran dapat berpotensi bencana banjir bandang hingga tanah longsor.

“Selain itu juga perlu diwaspadai jalan licin, pohon tumbang dan berkurangnya jarak pandang,” imbuh Jojo.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca BMKG di Yogyakarta Kamis 4 Januari
Sebelumnya dampak hujan deras dan angin kencang cukup terasa di kabupaten Sleman.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBDl Sleman Makwan menyatakan, hingga Rabu (3/1) petang setidaknya ada 20 titik dampak bencana. Mayoritas berupa pohon tumbang yang menimpa rumah.

Kejadian bencana paling banyak terjadi di wilayah Sleman timur. Kemudian juga sebagian di wilayah Sleman utara dan tengah.

“Meliputi kapanewon Kalasan, Ngemplak, Prambanan, Berbah, Tempel, Cangkringan, Ngaglik, dan Pakem,” beber Makwan. (inu/amd)

Lainnya

Exit mobile version