RADAR MAGELANG – Siapa sangka, saat mengeyam pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja, Purwiati mendapat dua beasiswa. Berupa program beasiswa Supersemar dan Ikatan Dinas. Sempat bingung, perempuan asal Sleman itu pun bertekad untuk mengambil beasiswa ikatan dinas. Dan kini mengantarkan dirinya menjabat kepala Taman Budaya Yogyakarta (TBY).
Setahun setelah menerima beasiswa itu, Purwiati lulus dari Seni Tari ISI dan mendapat SK perkerjaan dari Dirjen Kebudayaan. Lalu kemudian, ada kebijakan dari Pimpinan Dirjen Kebudayaan yang membuatnya dipindah di TBY sejak 1993.
“Jadi dulu gajianku selama hampir dua tahun itu di Jakarta. Jadi kalau ambil dulu itu enam bulan sekali nitip teman untuk diambilkan,” jelas Purwiati.
Baca Juga: Di Padang Nyoman Sukarja Cetak Gol Lagi untuk PSIM Jogja
Pada 2006, Purwiati dipindah tugas dari TBY ke Dinas Kebudayaan DIJ untuk menjadi staf kepegawaian. Satu tahun setelah itu, dia menjadi staff di seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan DIJ. Lalu, kira-kira sekitar dua tahun kemudaian, dia masuk menjadi sekretaris Kepala Dinas.
Namun setelah itu, Purwiati kembali lagi ke seksi bahasa dan sastra. Dan pindah lagi di staf program Dinas Kebudayaan DIJ. Lalu, pada tahun 2016, Putwiati dilantik menjadi kepala seksi Seni Tradisi Klasik yang berjalan hampir dua tahun. Kemudian ada pengembangan baru yang membuatnya menjabat sebagai kepala seksi seni pada 2016-2019. Dan setelah itu, pada 15 Juni 2022, Purwiati dilantik menjadi kepala TBY.
Selama menjabat kepala TBY, dia banyak bersinggungan dengan berbagai seniman dan masyarakat lintas disiplin.
“Tapi saya anggap ini menyenangkan,” katanya.
Baca Juga: Alami Tantangan Operasional, Start Up Edutech Zenius Tutup Setelah 20 Tahun Beroperasi
Menurut Purwiati, bekerja di TBY memberikan ruang ekspresi untuk semua orang. Sehingga dia mencoba untuk mewadahi semua cabang bidang seni yang berkembang di DIJ. Walaupun kemudian menjadi seakan-akan tidak merata, namun, dia berupaya untuk mengakomodir semuanya. Sebab setiap hari, dia bersinggungan dengan beragam seniman.
“Pokoknya saya mencoba mengakomodir kegiatan para seniman. Ya seperti Kegiatan-kegiatan apa saja yang belum terakomodir di dana istimewa,” tegas Purwiati.
Menurutnya, program yang selama ini telah diakomodasi seperti Pasar Kangen, Biennale, Nandur Srawung, dan Rebon.
Selain itu, TBY juga berupaya untuk mewadahi kebutuhan masyarakat umum. Seperti adanya program Art for Children (AFC). Dan itu adalah program untuk mewadahi anak-anak agar bisa belajar seni sesuai mindat dan bakat saat di luar pelajaran sekolah.
Baca Juga: BPS DIY Beberkan Sensus Pertanian Lanjutan Siap Kembali Dilakukan
“Ya krena di TBY sendiri adalah laboratorium seni. Jadi anak-anak bisa belajar sambil bermain. Dan ini tidak dipungut biaya,” ucap Purwiati.
Purwiati berharap, ke depan TBY bisa menjadi ruang untuk kreativitas seniman dan bisa dimanfaatkan dengan baik. Karena baginya, TBY bisa menjadi rumahnya para seniman.
“Semoga TBY dengan program-programnya bisa memberikan dampak bagi kesejahteraan pelaku seni,” harapnya. (ayu/eno)