Neutron Yogyakarta

Waspada! Pasca Kemarau Panjang Pohon Cenderung Mudah Tumbang, BPBD Sleman Ungkap Penyebabnya

Waspada! Pasca Kemarau Panjang Pohon Cenderung Mudah Tumbang, BPBD Sleman Ungkap Penyebabnya
SIAGA: Kepala Pelaksana BPBD Sleman Makwan. (IWAN NURWANTO/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG – Bencana hidrometeorologi berupa angin kencang mengancam hampir seluruh kapanewon di Sleman. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman pun meminta agar masyarakat selalu waspada.

Kepala Pelaksana BPBD Sleman Makwan mengatakan, beberapa waktu lalu hampir seluruh kapanewon di Kabupaten Sleman merasakan dampak bencana hidrometeorologi.

Berupa pohon tumbang hingga atap rumah yang berterbangan akibat diterpa angin kencang atau puting beliung.

Baca Juga: Polri Buatkan 10 Sumur Bor di Gunungkidul

Menurut Makwan, pasca musim kemarau panjang potensi bencana pohon tumbang dan tanah longsor akan meningkat.

Sebab, setelah mengalami kemarau panjang tanah akan dalam kondisi sangat kering.

Tanah yang kering atau merekah, lanjut Makwan, dapat mudah gembur ketika diguyur air hujan. Sehingga memungkinkan pohon atau bangunan yang terikat dengan tanah tersebut mudah roboh ketika diterpa angin kencang.

Baca Juga: Padasan Gentong Terpinggirkan karena Kehidupan Bertetangga Kini Berubah

“Karena itu kami meminta masyarakat jika melihat pohon berukuran besar maka kurangi tajuknya (dahannya),” ujar Makwan, Minggu (7/1).

Makwan melanjutkan, selain mengurangi dahan pohon, berbagai benda yang rawan roboh seperti baliho juga perlu diperkuat dan dicek kembali lubang anginnya. Agar tidak mudah roboh ketika terjadi hujan deras yang disertai angin kencang.

Menurut dia, cuaca ekstrim berupa angin kencang biasanya akan disertai hujan deras dalam waktu singkat.

Sementara untuk angin puting beliung di picu munculnya awan cumulonimbus terlebih dahulu dan tidak jarang disertai hujan es.

Baca Juga: Wanita Lajang di Singapura Makin Banyak Memilih Membekukan Sel Telur Dibanding Menikah Muda, Ini Alasannya…

“Kondisi itu juga dapat memicu longsor dan banjir lahar hujan kalau itu (cuaca ekstrem) terjadi di lereng Merapi,” ungkapnya.

Menghadapi kondisi tersebut, Pemkab Sleman sebelumnya sudah melaksanakan apel siaga kedaruratan bencana hidrometeorologi.

Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo menyampaikan, kepedulian, kolaborasi, dan sinergitas dari semua pihak adalah kunci dalam membentuk budaya siaga kedaruratan.

Baca Juga: Pahami! Mana Yang Lebih Baik, Mengonsumsi Buah Sebelum atau Sesudah Makan

Selain itu, Kustini juga mengingatkan, setiap orang perlu memiliki kesiapan diri dalam menghadapi bencana yang dapat terjadi kapan saja.

Terlebih Kabupaten Sleman juga berada di kawasan rawan bencana alam. Sehingga pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi situasi darurat menjadi bekal penting yang harus dimiliki oleh masyarakat.

“Dengan berbekal pengetahuan dan pengalaman yang memadai dalam menghadapi bencana maka kita akan mampu bersikap dan bertindak secara cepat dan tepat,” ungkap Kustini.

Baca Juga: Tips Memilih Facial Wash yang Benar untuk Kulit Sehat dan Bersinar

Di sisi lain, Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Jogjakarta Warjono menyebut, ada beberapa hal yang membuat potensi bencana ekstrem di DIY meningkat.

Di antaranya, karena pola siklonik di Jawa bagian selatan yang mulai terbentuk. Kondisi itu memicu penumpukan massa udara. Selain itu kondisi kelembaban udara saat ini juga masuk dalam kondisi basah.

“Kondisi ini yang menyebabkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah DIY lebih dominan terjadi pada siang-sore hari,” terang Jojo sapaanya. (inu)

Lainnya

Exit mobile version