Neutron Yogyakarta

Temukan Cabai Kering dari India di Beringharjo

Komoditas Ilegal, Belum Teruji Layak Pangan
Temukan Cabai Kering dari India di Beringharjo
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Jogja Veronica Ambar Ismuwardani.(SITI FATIMAH/RADAR JOGJA)

JOGJA, Koran Magelang – Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Jogja Veronica Ambar Ismuwardani mengungkap adanya penemuan cabai kering di Pasar Beringharjo. Diimpor dari India, komoditas ini masih dinyatakan ilegal karena belum memiliki izin dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Ambar, sapaan akrabnya, menyebut keberadaan cabai kering ditemukan sekitar seminggu lalu. Tersimpan dalam karung goni, cabai kering sudah memiliki catatan distributor. “Importir dari Jawa Tengah, bukan dari Jogja,” ujarnya saat diwawancarai di Taman Pintar, Kamis (23/6).

Diduga pengiriman cabai dari Jawa Tengah ke Jogja dilakukan melalui jalu darat. Sehingga importir dan distribusinya dapat lolos. “Kalau importir dari DIJ, pasti tertangkap,” sebutnya.

Ambar menjelaskan, konsumen dari cabai kering ini memiliki segmen khusus. Lantaran hanya diperdagangkan pada pemilik rumah makan padang. Selain itu, dikirim ke Sumatera Barat. “Jadi bukan dijual untuk konsumen kita (di Jogja, Red),” bebernya.

Dijelaskan, cabai kering ini dijual dengan harga Rp 90 ribu per kilogram. Satu kilogram cabai kering dibuat dari empat kilogram cabai basah. Masuknya cabai kering ini pun bersamaan dengan tengah melonjaknya harga cpai di pasar yang mencapai Rp 80 ribu per kilogram. “Kalau dari konsumen, termasuknya murah,” ujarnya.

Namun Ambar mengimbau agar temuan cabai kering tidak diperdagangkan dulu. Sebab, dinasnya tengah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Pangan Kota Jogja serta BPOM DIJ. “Harapan kami, tidak dijual dulu sampai memenuhi syarat keamanan pangannya. Kemarin kami dapatkan, kami akan koordinasi dengan dinas pertanian untuk dilakukan kajian lebih dalam,” ucapnya.

Sementara Darmastono, pedagang sembako di Pasar Beringharjo mengungkapkan terjadi kenaikan terhadap komoditas hortikultura. Antara lain bawang merah dan cabai. “Kesediaan pangan khususnya beras dan palawija aman, harga tidak melambung. Hanya bawang merah dan cabai,” sebutnya.
Dia menjelaskan, naiknya harga komoditas hortikultura diakibatkan oleh tingginya curah penghujan. Padahal, musim seharusnya telah masuk kemarau.

Hal ini mengakibatkan distribusi bawang merah dan cabai yang masuk ke Pasar Beringharjo tersendat. “Karena curah hujan tinggi, sehingga pasokan bawang merah dari Bantul itu busuk. Sedangkan dari Brebes belum panen. Sehingga distribusi lambat yang membuat harga relatif naik,” jabarnya. (fat/laz/sat)

Lainnya

Exit mobile version